Rabu, 30 Juni 2010

Minat Belajar Siswa

Minat Belajar Siswa
Posted by Zanikhan on Nov 25, '08 2:52 AM for everyone
Tinjauan Tentang Minat Belajar Siswa
1.Pengertian Minat Belajar siswa
Minat belajar terdiri dari dua kata yakni
minat dan belajar, dua kata ini beda arti, untuk itu penulis akan
mendefinisikan satu persatu, sebagai berikut :
a.Minat menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan.
b.Minat menurut Mahfudz Shalahuddin adalah perhatian
yang mengandung unsur-unsur perasaan.
c.Minat menurut Crow dan Crow, minat atau interest
bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa
tertarik pada orang, benda dan kegiatan.
d.Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang
akan diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.
e.Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Berdasarkan Definisi-definisi di atas,
bisa disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan jiwa yang relative menetap
kepada diri seseorang dan biasanya disertai dengan perasaan senang. Menurut
Berhard "minat" timbul atau muncul tidaksecara tiba-tiba, melainkan
timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau
bekerja, dengan kata lain, minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan penyebab
partisipasi dalam kegiatan. Sedangkan pengertian belajar adalah sebagai berikut
:
a.Belajar menurut Ernest R Hicgard adalah proses
pembuatan yang dengan sengaja bisa menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda
dari perubahanyang ditumbulkan sebelumnya.
b.Menurut Gagne, belajar merupakan perubahan yang
diperlihatkan dalam bentuk tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum
individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang sempurna
itu.
c.Menurut para ahli psikologi, belajarmerupakan
suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup.
d.Menurut Sardiman, belajar merupakan usaha
penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju
terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Dari definisi-definisi di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa belajar itu menimbulkan suatu perubahan tingkah laku
yang relatif tetap dan perubahan itu dilakukan lewat kegiatan, atau usaha yang
disengaja.
Jadi, yang dimaksud dari minat belajar
adalah aspek psikologi seseorang yang menampakkan diri dalam beberapa gejala,
seperti : gairah, keinginan, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan
tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan
pengalaman, dengan kata lain, minat belajar itu adalah perhatian, rasa suka,
ketertarikan seseorang (siswa) terhadap belajar yang ditunjukkan melalui
keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar.
Agama Islam pun sangat memperhatikan
masalah pendidikan (khususnya belajar) untuk mencari dan menuntut ilmu
pengetahuan, karena dengan ilmu pengetahuan manusia bisa berkarya dan
berprestasi serta dengan ilmu dan dengan belajar manusia dapat pandai, mengerti
tentang hal-hal yang ia pelajari, dan dengan ilmu itupun manusia ibadahnya
menjadi sempurna, begitu pentingnya ilmu Rasulullah SAW. mewajibkan umatnya
untuk menuntut ilmu, baik laki-laki maupun perempuan. Sabda Rasulullah SAW.
dalam haditsnya :
ا طلب العلم
ولو بالصين فان طلب العلم فريضة على كل مسلم ان الملا ءكة تضع اجتحتها
ا لطا لب العلم
رضا بما يطلب (رواه ابن عبد البار)
Artinya :
Tuntutlah ilmu walaupun dinegeri cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu
itu wajib bagi setiap muslim (laki-laki atau perempuan), sesungguhnya para
malaikat meletakkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena senang
(rela) dengan yang ia tuntut. (H.R. Ibnu Abdil bar).
Minat ini besar pengaruhnya terhadap
belajar, karena minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat
keaktifan siswa, bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat
siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya
tarik baginya. Oleh karena itu, untuk mengatasi siswa yang kurang berminat
dalam belajar, guru hendaknya berusaha bagaimana menciptakan kondisi tertentu
agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar. Dalam artian menciptakan
siswa yang mempunyai minat belajar yang besar, mungkin dengan cara menjelaskan
hal-hal yang menarik, salah satunya adalah mengembangkan variasi dalam gaya
mengajar. Dengan variasi ini siswa bisa merasa senang dan memperoleh kepuasan
terhadap belajar.
Minat mengandung unsur-unsur kognisi
(mengenal), emesi (perasaan), dan konasi (kehendak). Oleh sebab itu, minat
dapat dianggap sebagai respon yang sadar, sebab kalau tidak demikian, minat
tidak akan mempunyai arti apa-apa.
Unsur kognisi maksudnya adalah minat itu
didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat
tersebut unsur emosi, karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai
oleh perasaan tertentu, seperti rasa senang, sedangkan unsur konasi merupakan
kelanjutan dari unsur kognisi.
Dari kedua unsur tersebut yaitu yang
diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu kegiatan,
termasuk kegiatan yang ada di sekolah seperti belajar.
Jadi minat sangat erat hubungannya dengan
belajar, belajar tanpa minat akan terasa menjemukan, dalam kenyataannya tidak
semua belajar siswa didorong oleh faktor minatnya sendiri, ada yang
mengembangkan minatnya terhadap materi pelajaran dikarenakan pengaruh dari
gurunya, temannya, orang tuanya. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban dan
tanggung jawab sekolah untuk menyediakan situasi dan kondisi yang bisa
merangsang minat siswa terhadap belajar.
Membangkitkan minat belajar siswa itu juga
merupakan tugas guru yang mana guru harus benar-benar bisa menguasai semua
keterampilan yang menyangkut pengajaran, terutama keterampilan dalam
bervariasi, keterampilan ini sangat mempengaruhi minat belajar siswa seperti
halnya bervariasi dalam gaya mengajar, jika seorang guru tidak menggunakan
variasi tersebut, siswa akan cepat bosan dan jenuh terhadap materi pelajaran.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut guru hendaklah menggunakan variasi dalam gaya
mengajar, agar semangat dan minat siswa dalam belajar meningkat, jika sudah
begitu, hasil belajarpun sangat memuaskan. Dan tujuan pembelajaran pun akan
tercapai dengan maksimal.
2.Asal-Usul Minat Belajar Siswa
Minat tidak dibawa sejak lahir, minat
merupakan hasil dari pengalaman belajar. Jenis pelajaran yang melahirkan minat
itu akan menentukan seberapa lama minat bertahan dan kepuasan yang diperoleh
dari minat.
Minat timbul tidak secara tiba-tiba,
melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu
belajar itu menurut Bernard. Kalau menurut Ngalim Purwanto minat itu timbul
dengan menyatakan diri dalam kecenderungan umum untuk menyelidiki dan
menggunakan lingkungan dari pengalaman, anak bisa berkembang kearah berminat
atau tidak berminat kepada sesuatu.
Untuk itu ada dua hal yang menyangkut minat yang
perlu diperhatikan yakni :
a.Minat pembawaan, minat muncul dengan tidak
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, baik itu kebutuhan maupun lingkungan.
Minat semacam ini biasanya muncul berdasarkan bakat yang ada.
b.Minat muncul karena adanya pengaruh dari luar,
maka minat seseorang bisa saja berubah karena adanya pengaruh dari luar,
seperti : lingkungan, orang tuanya, dan bisa saja gurunya.
Dari dua hal di atas, yang nomor dua
inilah yang dipermasalahkan atau sedang diperbincangkan dalam skripsi ini,
minat yang timbul karena adanya pengaruh dari guru yang menggunakan variasi
gaya mengajar.
Ada beberapa indikator-indikator minat
belajar siswa sebagai berikut :
1)Pengalaman belajar
Pengalaman yang dimiliki oleh siswa dalam mata
pelajaran tersebut baik seperti prestasi belajar.
2)Mempunyai sikap emosional yang tinggi
Seorang anak yang berminat dalam belajar mempunyai
sikap emosional yang tinggi misalnya siswa tersebut aktif mengikuti pelajaran,
selalu mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik.
3)Pokok pembicaraan
Apa yang dibicarakan (didiskusikan) anak dengan
orang dewasa atau teman sebaya, dapat memberi petunjuk mengenai minat mereka
dan seberapa kuatnya minat tersebut. Jadi, artinya dalam berdiskusi anak
tersebut akan antusias semangat dan berprestasi.
4)Buku bacaan (buku yang dibaca)
Biasanya siswa atau anak jika diberi kebebasan
untuk memilih buku bacaan tertentu siswa itu akan memilih buku bacaan yang
menarik dan sesuai dengan bakat dan minatnya.
5)Pertanyaan
Bila pada saat proses belajar mengajar berlangsung
siswa selalu aktif dalam bertanya dan pertanyaan tersebut sesuai dengan materi
yang diajarkan itu bertanda bahwa siswa tersebut memiliki minat yang besar
terhadap pelajaran tersebut.
Dengan adanya indikator-indikator di atas,
seorang guru bisa mengetahui, apakah siswa yang diajarnya itu berminat untuk
mempelajari suatu pelajarannya dalam artian belajar atau tidak berminat untuk
belajar, jika siswa tidak berminat maka gurunya hendaknya memberi motivasi atau
membangkitkan minat siswa tersebut, diantaranya dengan menggunakan variasi gaya
mengajar.
3.Peranan Dan Fungsi Minat
Pada setiap minat manusia, minat memegang
peranan penting dalam kehidupannya dan mempunyai dampak yang besar atas prilaku
dan sikap, minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar, anak yang
berminat terhadap sesuatu kegiatan baik itu bekerja maupun belajar, akan
berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
William Amstrong menyatakan bahwa
kosentrasi tidak ada bila bila ada minat yang memadai, seseorang tidak akan
melakukan kegiatan jika tidak ada minat, Lester dan Alice Crow juga menekankan
beberapa pentingnya minat untuk mencapai sukses dalam hidup sesorang.
Suatu minat dalam belajar merupakan suatu
kejiwaan yang menyertai siswa dikelas dan menemani siswa dalam belajar. Minat
mempunyai fungsi sebagai pendorong yang kuat dalam mencapai prestasi dan minat
juga dapat menambah kegembiraan pada setiap yang ditekuni oleh seseorang.
Peranan minat dalam proses belajar
mengajar adalah untuk pemusatan pemikiran dan juga untuk menimbulkan
kegembiraan dalam usaha belajar seperti adanya kegairahan hati dapat
memperbesar daya kemampuan belajar dan juga membantunya tidak melupakan apa
yang dipelajarinya, jadi belajar dengan penuh dengan gairah, minat, dapat
membuat rasa kepuasan dan kesenangan tersendiri.
Ada beberapa peranan minat dalam belajar antara
lain :
a.Menciptakan, menimbulkan kosentrasi atau perhatian
dalam belajar
b.Menimbulkan kegembiraan atau perasaan senang dalam
belajar
c.Memperkuat ingat siswa tentang pelajaran yang
telah diberikan guru
d.Melahirkan sikap belajar yang positif dan
kontruktif
e.Memperkecil kebosanan siswa terhadap studi /
pelajaran
4.Faktor-Faktor Mempengaruhi Minat Belajar
Berhasil atau tidak seseorang dalam
belajar disebabkan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil
belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi banyak jenisnya, tetapi digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu faktor intern, dan faktor ekstern, faktor intern
adalah faktor yang ada dalam individu seperti faktor, kesehatan, bakat
perhatian, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar individu
(dirinya) seperti Keluarga, sekolah, masyarakat.
Dibawah ini akan dikemukakan faktor-faktor
yang mempengaruhi minat belajar tersebut.
a.Faktor-faktor Intern :
1)Faktor Biologis
a)Faktor Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar
pengaruhnya terhadap kemampuan belajar, bila seseorang kesehatannya terganggu
misalkan sakit pilek, demam, pusing, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan
cepat lelah, tidak bergairah, dan tidak bersemangat untuk belajar.
Demikian halnya jika kesehatan rohani
(Jiwa) seseorang kuarang baik, misalnya mengalami perasaan kecewa karena putus
cinta atau sebab lainnya, ini bisa mengganggu atau mengurangi semangat belajar.
Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang, baik
fisik maupun mental, agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar dan
bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar.
b)Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang
menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Cacat tubuh
seperti buta, tuli, patah kaki, lumpuh dan sebagainya bias mempengaruhi
belajar, siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Sebenarnya jika hal ini
terjadi hendaknya anak atau siswa tersebut dilembagakan pendidikan khusus
supaya dapat menghindari atau mengurangi kecacatannya itu.
c)Faktor Psikologis
Ada banyak faktor psikologis, tapi disini
penulis mengambil beberapa saja yang ada relevansinya dengan pembahasan skripsi
ini, faktor-faktor tersebut adalah :
(1)Perhatian
Untuk mencapai hasil belajar yang baik,
maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika
bahan atau materi pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka minat
belajarpun rendah, jika begitu akan timbul kebosanan, siswa tidak bergairah
belajar, dan bias jadi siswa tidak lagi suka belajar.
Agar siswa berminat dalam belajar,
usahakanlah bahan atau materi pelajaran selalu menarik perhatian, salah satunya
usaha tersebut adalah dengan menggunakan variasi gaya mengajar yang sesuai dan
tepat dengan materi pelajaran.
(2)Kesiapan
Kesiapan menurut James Drever adalah,
Prepanednesto Respond or Reach. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan
response atau bereaksi kesediaan itu timbul dalam diri seseorang dan juga
berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar
mengajar, seperti halnya jika kita mengajar ilmu filsafat kepada anak-anak yang
baru duduk dibangku sekolah menengah, anak tersebut tidak akan mampu memahami
atau menerimanya. Ini disebabkan pertumbuhan mentalnya belum matang untuk
menerima pelajaran tersebut.
Jadi menganjurkan sesuatu itu berhasil
jika tarif pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya, potensi-potensi jasmani
atai rohaninya telah matang untuk menerima karena jika siswa atau anak yang
belajar itu sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya itupun akan lebih baik
dari pada anak yang belum ada kesiapan.
(3)Bakat atau Intelegensi
Bakat adalah kemampuan untuk belajar.
Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah
belajar, misalkan orang berbakat menyanyi, suara, nada lagunya terdengar lebih
merdu disbanding dengan orang yang tidak berbakat menyanyi.
Bakat bias mempengaruhi belajar, jika
bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakat, maka siswa akan
berminat terhadap pelajaran tersebut, begitu juga intelegensi, orang yang
memiliki intelegensi (IQ) tinggi, umumnya mudah belajar dan hasilnyapun
cenderung baik, sebaliknya jika seseorang yang “IQ” nya rendah akan mengalami
kesukaran dalam belajar.
Jadi kedua aspek kejiwaan ini besar sekali
pengaruhnya terhadap minat belajar dan keberhasilan belajar. Bila seseorang
memiliki intelegensi tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari, maka
proses belajarnya akan lancar dan sukses disbanding dengan orang yang memiliki
“IQ” rendah dan berbakat, kedua aspek tersebut hendaknya seimbang, agar
tercapai tujuan yang hendak dicapai.
b.Faktor-faktor eksternal :
Faktor eksternal yang mempengaruhi minat
belajar siswa adalah faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
Uraian berikut akan membahas ketiga faktor tersebut.
1)Faktor Keluarga
Minat belajar siswa bias dipengaruhi oleh
keluarga seperti cara orang tua mendidik, suasana rumah dan keadaan ekonomi
keluarga. Akan diuraikan sebagai berikut :
(a)Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya sangat
besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Hal ini dipertegas oleh Sutjipto
Wirowidjojo yang menyatakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang
pertama dan utama. Jika orang tua tidak memperhatikan pendidikan anaknya (acuh
tak acuh terhadap belajar anaknya) seperti tidak mengatur waktu belajar, tidak
melengkapi alat belajarnya dan tidak memperhatikan apakah anaknya belajar atau
tidak, semua ini berpengaruh pada semangat belajar anaknya, bias jadi anaknya
tersebut malas dan tidak bersemangat belajar. Hasil yang didapatkannya pun
tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya.
Mendidik anak tidak baik jika terlalu
dimanjakan dan juga tidak baik jika mendidik terlalu keras. Untuk itu, perlu
adanya bimbingan dan penyuluhan yang tentunya melibatkan orang tua, yang sangat
berperan penting akan keberhasilan bimbingan tersebut.
(b)Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan adalah situasi
atau kejadian-kejadian yang sering terjadi didalam keluarga, dimana anak berada
dan belajar. Suasana rumah yang gaduh, ramai dan semrawut tidak memberi
ketenangan kepada anaknya yang belajar. Biasanya ini terjadi pada keluarga yang
besar dan terlalu banyak penghuninya, suasana rumah yang tegang, ribut, sering
cekcok, bias menyebabkan anak bosan di rumah, dan sulit berkonsentrasi dalam
belajarnya. Dan akibatnya anak tidak semangat dan bosan belajar, karena
terganggu oleh hal-hal tersebut.
Untuk memberikan motivasi yang mendalam
pada anak-anak perlu diciptakan suasana rumah yang tenang, tentram dan penuh
kasih saying supaya anak tersebut betah dirumah dan bias berkonsentrasi dalam
belajarnya.
(c)Keadaan Ekonomi Keluarga
Dalam kegiatan belajar, seorang anak
akadang-kadang memerlukan sarana prasarana atau fasilitas-fasilitas belajar
seperti buku, alat-alat tulis dan sebagainya. Fasilitas ini hanya dapat
terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang, jika fasilitas tersebut tidak
dapat dijangkau oleh keluarga. Ini bias menjadi faktor penghambat dalam belajar
tapi sianak hendaknya diberi pengertian tentang hal itu. Agar anak bias
mengerti dan tidak sampai mengganggu belajarnya. Tapi jika memungkinkan untuk
mencukupi fasilitas tersebut, maka penuhilah fasilitas tersebut, agar anak
bersemangat senang belajar.

2)Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi minat
belajar siswa mencakup metode mengajar, kurikulum, pekerjaan rumah.
(a)Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara yang
harus dilalui dalam mengajar, metode mengajar ini mempengaruhi minat belajar
siswa. Jika metode mengajar guru kurang baik dalam artian guru kurang menguasai
materi-materi kurang persiapan, guru tidak menggunakan variasi dalam
menyampaikan pelajaran alias monoton, semua ini bias berpengaruh tidak baik
bagi semangat belajar siswa. Siswa bisa malas belajar, bosan, mengantuk dan
akibatnya siswa tidak berhasil dalam menguasai materi pelajaran.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan minat
belajar siswa guru hendaknya menggunakan metode mengajar yang tepat, efesien
dan efektif yakni dengan dilakukannya keterampilan variasi dalam menyampaikan
materi.
(b)Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah
kegiatan yang diberikan kepada siswa kegiatan itu sebagian besar adalah
menyajikan bahan pelajaran. Bahan pelajaran yang seharusnya disajikan itu
sesuai dengan kebutuhan bakat dan cita-cita siswa juga masyarakat setempat.
Jadi kurikulum bisa dianggap tidak baik jika kurikulum tersebut terlalu padat,
di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa.
Perlu diingat bahwa system intruksional
sekarang menghendaki proses belajar mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa.
Guru perlu memahami siswa dengan baik, agar dapat melayani siswa dan memberi
semangat belajar siswa, agar dapat melayani siswa dan memberi semangat belajar
siswa. Adanya kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan-kebutuhan siswa, akan
meningkatkan semangat, dan minat belajar siswa, sehingga siswa mendapatkan
hasil belajar yang memuaskan.
(c)Pekerjaan rumah
Pekerjaan rumah yang terlalu banyak
dibebankan oleh guru kepada murid untuk dikerjakan di rumah. Merupakan momok
penghambat dalam kegiatan belajar, karena membuat siswa cepat bosan adalah belajar
siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengerjakan kegiatan yang lain. Untuk
menghindari kebosanan tersebut guru janganlah terlalu banyak memberi tugas
rumah (PR), berilah kesempatan siswa unuk melakukan kegiatan yang lain, agar
siswa tidak merasa bosan dan lelah dengan belajar.

c.Faktor masyarakat
Masyarakat juga berpengaruh terhadap minat
belajar siswa, berikut ini penulis membahas beberapa faktor masyarakat yang
bisa mempengaruhi minat belajar siswa, yakni :
1)Kegiatan dalam masyarakat
Disamping belajar, anak juga mempunyai
kegiatan-kegiatan lain diluar sekolah, misalnya karang taruna, menari, olah
raga dan lain sebagainya. Bila kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan
berlebih-lebihan, bisa menurunkan semangat belajar siswa, karena anak sudah terlanjur
senang dalam organisasi atau kegiatan dimasyarakat, dan perlu diingatkan tidak
semua kegiatan dimasyarakat berdampak baik bagi anak.
Maka dari itu, orang tua perlu
memperhatikan kegiatan anak-anaknya, supaya jangan atau tidak hanyut dalam
kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang belajar anak. Jadi orang tua hendaknya
membatasi kegiatan siswa dalam masyarakat agar tidak mengganggu belajarnya, dan
orang tua juga mengikut sertakan siswa pada kegiatan yang mendukung semangat
belajarnya seperti kursus bahasa Inggris, dan komputer.
2)Teman bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa
lebih cepat masuk dalam jiwa anak jika teman bergaulnya baik akan berpengaruh
baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya. Jika teman bergaulnya jelek
pasti mempengaruhi sifat yang jelek pada diri siswa. Seyogyanya orang tua
memperhatikan pergaulan anak-anaknya, jangan sampai anaknya berteman dengan
anak yang memiliki tingkah laku yang tidak diharapkan, usahakan agar siswa
memiliki teman bergaul yang baik yang bisa memberikan semangat belajar yang
baik. Tugas orang tua hanya mengontrol dari belakang jangan terlalu dan jangan
terlalu dibebaskan yang bijaksana saja, agar siswa tidak terganggu dan
terhambat belajarnya.
Masih banyak pengaruh-pengaruh eksternal
minat belajar siswa lingkungan sekitar juga bisa mempengaruhi, untuk itu
usahakan lingkungan disekitar kita itu baik, agar dapat memberi pengaruh yang
positif terhadap siswa/anak, sehingga anak terdorong atau bersemangat belajar.
5.Aspe-Aspek Yang Meningkatkan Dan Menumbuhkan Minat
Belajar
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada
dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana pengetahuan atau kecakapan
tertentu mempengaruhi dirinya, memuaskan dan melayani kebutuhan-kebutuhannya,
begitu juga dengan siswa, jika siswa sudah sadar bahwa belajar merupakan alat
untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggap penting, maka belajarnya akan
membawa kemajuan pada dirinya dan otomotis dia bersemangat dalam mempelajari
hal tersebut.
Pada kenyataannya tidak semua siswa sadar
akan hal itu, dan tidak semua siswa memiliki minat intrinsic yang sama, dengan
ketidaksamaan minat tersebut guru hendaknya mengetahui seberapa besar minat
siswa tersebut terhadap pelajaran. Jika siswa kurang berminat dan menumbuhkan
minat belajar siswa, dan tidak menutup kemungkinan faktor-faktor lain yang
mendukung minat belajar siswa.
Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa
cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru
adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada, misalkan siswa
menaruh minat terhadap lingkungan (pencemaran) disini pengajar dapat menarik
perhatian (minat) siswa dengan bercerita tentang lingkungan sekitar atau
bencana alam yang melanda negeri kita, dan bisa juga memperlihatkan tayangan
televisi yang berhubungan dengan lingkungan (pencemaran).
Tanner an tanner (1975) juga menyarankan
agar para pengajar berusaha membentuk minat-minat baru pada siswa. Hal ini bisa
dicapai melalui jalan memberi informasi pada siswa bahan pelajaran yang akan
disampaikan dengan dihubungkan bahan pelajaran yang lalu, kemudian diuraikan
kegunaannya dimasa yang akan dating. Roijakters (1980) berpendapat bahwa hal
ini bisa dicapai dengan cara menghubungkan bahan pelajaran dengan berita-berita
yang sensional, yang sudah diketahui siswa.
Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil,
bisa menggunakan cara insentif, yaitu alat yang dipakai untuk membujuk
seseorang agar mau melakukan sesuatu yang awalnya tidak mau ia lakukan seperti
memberi hadiah pada siswa yang belajar dengan baik, memberi hukuman pada siswa
yang malas belajar, sehingga hasilnya (prestasinya) buruk, dalam memberikan
hukuman jangan terlalu berlebihan (berat), karena bisa menghambat belajar
mereka, berilah hukuman yang sewajarnya dan bisa memberi motivasi si anak untuk
giat belajar, siswa adalah :
a.Membangkitkan minat-minat siswa yang telah ada
b.Menghubungkan dengan pengalaman (pelajaran) yang
lalu
c.Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang
baik atau lebih baik dari yang kemarin
d.Menggunakan berbagai macam variasi gaya mengajar
e.Menggunakan berbagai bentuk mengajar baik itu
metode penyampaian materi maupun keterampilan-keterampilan yang lain sehingga
siswa bersemangat dan berminat untuk mempelajarinya.
Menurut Mahfudz Shalahuddin dalam bukunya
pengantar psikologi pendidikan, ada empat aspek yang bisa menumbuhkan minat
yaitu :
a.Fungsi/Adanya kebutuhan-kebutuhan
Minat dapat muncul atau digerakkan, jika
ada kebutuhan seperti minat terhadap ekonomi, minat ini dapat muncul karena ada
kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan bisa dikelompokkan menjadi
empat, ini menurut Sardiman AM, kebutuhan tersebut adalah :

1)Kebutuhan psikologis, seperti lapar, haus
2)Kebutuhan cinta dan kasih dalam suatu golongan,
seperti disekolah, di rumah
3)Kebutuhan keamanan, seperti rasa aman
4)Kebutuhan untuk mewujudkan cita-cita atau
pengembangan bakat
b.Keinginan dan cita-cita
Keinginan dan cita-cita dapat mendorong
munculnya minat terhadap sesuatu, seperti keinginan atau cita-cita menjadi
dokter. Secara otomatis orang tersebut terdorong dan berminat untuk mempelajari
hal-hal yang berkaitan dengan ilmu kedokteran (kesehatan, penyakit-penyakit).
Semakin besar cita-cita atau keinginan,
maka semakin besar/tinggi minat yang muncul dalam diri seseorang.
c.Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan terdiri dari dua lingkup, yakni
lingkup mikro (individual) dan lingkup makro (sosial,adat istiadat) kebudayaan
dapat memunculkan minat-minat tertentu seperti tari-tarian, tari remo dari jawa
timur, jaipong dari jawa barat, semua itu akan menarik orang untuk
memperhatikan dan mempelajari kebudayaan jawa barat dan jawa timur.
Begitu juga belajar, minat belajar siswa
dapat timbul karena adanya kebiasaan belajar.

d.Pengalaman
Pengalaman merupakan permulaan dari
kebudayaan seperti pengalaman seorang guru dapat menimbulkan/menumbuhkan minat
guru untuk menekuni bidang-bidang keguruan, dengan adanya pengalaman tersebut
minat seseorang bisa tergerak (bertambah), missal ada seseorang siswa, tahun
lalu menduduki prestasi rendah, maka siswa tersebut berpikiran jangan sampai
itu terulang kembali, sehingga ia lebih meningkatkan belajarnya dari
tercapainya prestasi yang lebih baik dari yang kemarin (tahun lalu

PEDOMAN EVALUASI-DIRI PROGRAM STUDI

PEDOMAN EVALUASI-DIRI
PROGRAM STUDI































DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI

JAKARTA 2002










































Pedoman Evaluasi-diri

Editor: Rochman Natawidjaja
Edisi Kedua: © BAN-PT 2002
Jakarta, 9 Maret 2002






PENGANTAR

Evaluasi adalah awal suatu proses pengembangan dan penjaminan mutu (quality assurance). Evaluasi-diri merupakan suatu kegiatan yang sangat penting sehingga disebut sebagai salah satu kegiatan utama dalam sektor pendidikan tinggi seperti dikemukakan dalam Undang-undang No. 25/2000 tentang Program Pembangunan Nasional.

Pedoman Evaluasi-diri Program Studi ini disiapkan untuk membantu para pejabat di perguruan tinggi dalam mempersiapkan, melaksanakan, menyusun laporan, dan memanfaatkan hasil evaluasi-diri pada program studi. Keseluruhan Pedoman ini berisi penjelasan mengenai hal-hal berikut.

I.
II.
III.
IV.
V. Pendahuluan
Makna dan tujuan evaluasi-diri
Komponen evaluasi-diri
Prosedur evaluasi-diri
Laporan hasil evaluasi-diri


Pedoman ini disampaikan dengan maksud agar para pengasuh program studi pada semua jenjang pendidikan yang melakukan kegiatan evaluasi-diri dapat melaksanakannya dengan lancar, sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan prosedur yang diharapkan sebagai awal dari keseluruhan daur penjaminan mutu. Di samping itu, diharapkan pula agar para pengasuh program studi dapat menggunakan hasil evaluasi-diri tersebut sebagai bahan untuk mengisi borang dan atau menyusun portfolio akreditasi secara baik, kemudian menyajikannya sebagai salah satu bukti kebenaran isi borang dan atau portfolio pada saat visitasi yang dilakukan oleh BAN-PT.

Semoga Pedoman ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.


Jakarta, 9 Maret 2002

Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi,
Ketua,




Prof. dr. M.K. Tadjudin


DAFTAR ISI
halaman

PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

I. PENDAHULUAN 1
A. Rasionel 1
B. Peranan Evaluasi-diri dalam Pengembangan dan Penyelenggaraan Program Pendidikan 2

II. MAKNA DAN TUJUAN EVALUASI-DIRI 3
A. Makna Evaluasi-diri 3
B. Tujuan Evaluasi-diri 3
C. Manfaat Evaluasi-diri 3
D. Ciri Evaluasi-diri yang Baik 4
E. Evaluasi-diri dalam Daur Penjaminan Mutu 4

III. KOMPONEN EVALUASI-DIRI 5
A. Jatidiri, Visi, Misi, Sasaran, dan Tujuan 6
B. Kemahasiswaan 7
C. Dosen dan Tenaga Pendukung 7
D. Kurikulum 7
E. Sarana dan prasarana 8
F. Pendanaan 8
G. Tata pamong (Governance) 8
H. Pengelolaan Program 8
I. Proses Pembelajaran 8
J. Suasana Akademik 9
K. Sistem Informasi 9
L. Sistem Jaminan Mutu 10
M. Lulusan 10
N. Penelitian, Publikasi, Skripsi/Tesis/Disertasi, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Hasil Lainnya 10

IV. PROSEDUR EVALUASI-DIRI 12
A. Persiapan dan perencanaan: 12
B. Penataan organisasi kerja: 12
C. Pelaksanaan evaluasi-diri: 12
D. Pemanfaatan pakar sejawat 12
E. Tindak lanjut: 12

V. LAPORAN HASIL EVALUASI-DIRI 13
A. Makna Laporan Hasil Evaluasi-diri 13
B. Format Laporan Hasil Evaluasi-diri 13
B. Perwajahan Laporan 14

PENJELASAN ISTILAH DAN SINGKATAN 16

DAFTAR RUJUKAN 21


I. PENDAHULUAN

A. Rasionel

Dalam rangka akreditasi program studi yang bertujuan, terutama untuk menilai dan memberikan jaminan mutu perguruan tinggi (quality assessment and assurance), evaluasi-diri yang merupakan evaluasi internal pada perguruan tinggi dan program studi, adalah langkah pertama yang hasilnya dapat digunakan untuk berbagai maksud. Hasil evaluasi-diri itu dapat digunakan untuk memutakhirkan data dasar perguruan tinggi dan program studi dalam bentuk profil yang komprehensif, perencanaan dan perbaikan program studi secara sinambung, penjaminan mutu internal perguruan tinggi dan program studinya, dan untuk mempersiapkan evaluasi eksternal atau akreditasi.

Bagi beberapa perguruan tinggi/program studi, evaluasi-diri merupakan sesuatu yang baru, belum pernah dilaksanakan, bahkan belum difahami. Sementara itu, banyak program studi/perguruan tinggi yang telah pernah bahkan sering melakukan evaluasi-diri untuk berbagai maksud. Bagi beberapa perguruan tinggi, evaluasi-diri itu telah menjadi agenda berkelanjutan, dan telah menjadi “budaya” dalam kehidupan akademiknya. Sistem dan prosedur evaluasi-diri yang telah dilaksanakan itu kadang-kadang berbeda satu dengan yang lainnya, bergantung kepada keperluan yang dirasakan sendiri oleh perguruan tinggi, atau kepada hal-hal yang dipersyaratkan oleh masing-masing pihak yang meminta laporan evaluasi-diri perguruan tinggi atau program studi.

Perbedaan itu mungkin karena isi atau karena prosedur yang dianut oleh perguruan tinggi atau yang dituntut oleh pihak yang berkepantingan. Perguruan tinggi yang telah biasa melakukan evaluasi-diri, pada umumnya memiliki panduan evaluasi-diri sendiri. Namun demikian, sepanjang berkaitan dengan akreditasi perguruan tinggi/program studi yang dilakukan oleh BAN-PT, prosedur dan isi evaluasi-diri itu ditata oleh BAN-PT. Ini tidak berarti bahwa evaluasi-diri yang diminta oleh BAN-PT dilakukan tersendiri di luar evaluasi diri yang telah biasa dilakukan perguruan tinggi. Hasil evaluasi-diri yang telah biasa dilakukan perguruan tinggi itu dapat digunakan untuk menyusun laporan evaluasi-diri yang diminta oleh BAN-PT.

BAN-PT menempatkan evaluasi-diri itu sebagai salah satu aspek dalam keseluruhan daur akreditasi, dan menempatkannya dalam posisi yang sangat penting, yaitu sebagai suatu langkah yang mendahului pemberian informasi dan data akreditasi dari program studi kepada BAN-PT, sehingga hasil evaluasi-diri itu dapat merupakan bahan untuk mengisi borang akreditasi dan atau menyusun portfolio akreditasi, serta dapat digunakan sebagai bahan yang disediakan pada saat dilakukan visitasi oleh BAN-PT ke tempat kedudukan program studi. Naskah ini merupakan Pedoman Evaluasi-diri Program Studi yang terkait dengan akreditasi yang dilakukan oleh BAN-PT.

B. Peranan Evaluasi-diri dalam Pengembangan dan Penyelenggaraan Program Pendidikan

Sesungguhnya, evaluasi-diri bagi program studi dan lembaga perguruan tinggi bukan hanya suatu proses yang harus dilakukan pada saat-saat khusus tertentu, misalnya dalam rangka menghadapi akrediktasi oleh BAN-PT, atau untuk mengajukan proposal suatu proyek tertentu, melainkan seyogianya menjadi suatu aspek dalam daur pengembangan program studi, penjaminan mutu internal, dan untuk melengkapi data dasar dari setiap program studi dan lembaga perguruan tinggi.

Apabila evaluasi-diri telah menjadi “budaya” bagi program studi dan lembaga perguruan tinggi, maka program studi akan selalu siap dengan data dan informasi yang selalu dimutakhirkan (updated), apabila diminta atau dituntut oleh pihak-pihak yang membutuhkannya. Oleh karena itu evaluasi-diri seyogianya dilakukan secara berkala untuk memperbaharui/memutakhirkan data dan informasi dasar.


































II. MAKNA DAN TUJUAN EVALUASI-DIRI


A. Makna Evaluasi-diri

Evaluasi, secara umum merupakan suatu proses pengumpulan serta pemrosesan data dan informasi yang akan digunakan sebagai dasar pengambilkan keputusan, pengelolaan dan pengembangan lembaga atau program studi.

Evaluasi-diri merupakan upaya program studi/lembaga perguruan tinggi untuk mengetahui gambaran mengenai kinerja dan keadaan dirinya melalui pengkajian dan analisis yang dilakukan oleh program studi/perguruan tinggi sendiri berkenaan dengan kekuatan, kelemahan, peluang, tantangan, kendala, bahkan ancaman. Pengkajian dan analisis itu dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan pakar sejawat dari luar program studi/lembaga perguruan tinggi.


B. Tujuan Evaluasi-diri

Evaluasi-diri dimaksudkan untuk hal-hal berikut:
1. Penyusunan profil lembaga yang komprehensif dengan data mutakhir.
2. Perencanaan dan perbaikan-diri secara sinambung.
3. Penjaminan mutu internal program studi/lembaga perguruan tinggi.
4. Pemberian informasi mengenai perguruan tinggi/program studi kepada masyarakat dan pihak tertentu yang memerlukannya.
5. Persiapan evaluasi eksternal (akreditasi).

C. Manfaat Evaluasi-diri

Hasil evaluasi-diri dapat digunakan oleh program studi untuk hal-hal berikut.

1. Membantu dalam identifikasi masalah, penilaian program dan pencapaian sasaran.
2. Memperkuat budaya evaluasi kelembagaan (institutional evaluation) dan analisis-diri.
3. Memperkenalkan staf baru kepada keseluruhan program studi/ lembaga.
4. Memperkuat jiwa korsa dalam lembaga, memperkecil kesenjangan antara tujuan pribadi dan tujuan lembaga dan mendorong keterbukaan.
5. Menemukan kader baru bagi lembaga.
6. Mendorong program studi/lembaga perguruan tinggi untuk meninjau kembali kebijakan yang telah usang.
7. Memberi informasi tentang status program studi/lembaga perguruan tinggi dibandingkan dengan program studi/lembaga lain.


D. Ciri Evaluasi-diri yang Baik

Evaluasi-diri yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Dilakukan dengan motivasi intrinsik.
2. Pimpinan mendukung penuh.
3. Semua pihak dalam lembaga mendukung.
4. Direncanakan sesuai denan keperluan lembaga.
5. Dimaksudkan untuk menilai kembali tujuan lembaga.
6. Proses evaluasi-diri dilaksanakan dan dipimpin dengan baik.
7. Berbagai permasalahan diteliti dan dicarikan alternatif pemecahannya.
8. Perbaikan mulai terjadi selama proses evaluasi-diri berlangsung.
9. Hasilnya berupa perbaikan proses evaluasi kelembagaan dan analisis-diri.
10. Laporan disusun dengan baik.


E. Evaluasi-diri dalam Daur Penjaminan Mutu

Seperti dikemukakan terdahulu, evaluasi-diri merupakan salah satu aspek penting dalam keseluruhan daur akreditasi dengan berbagai peran dan kegunaannya, termasuk penjaminan mutu (quality assurance). Keseluruhan daur penjaminan mutu dalam rangka akreditasi program studi itu dilukiskan dalam Bagan 1.



Bagan 1. Daur Penjaminan Mutu dalam
Rangka Akreditasi




III. KOMPONEN EVALUASI-DIRI

Dalam akreditasi yang dilakukan oleh BAN-PT, evaluasi-diri dilaksanakan dengan menilai, menelaah dan menganalisis keseluruhan sistem program studi/lembaga perguruan tinggi, yang mencakup masukan, proses, dan keluaran berdasarkan data, informasi dan bukti-bukti lainnya yang berkenaan dengan komponen-komponen sistemik dari seluruh penyelenggaraan program studi. Analisis komponen sistemik dari penyelenggaraan program studi itu dibagankan dalam Gambar 2.


Berdasarkan analisis tersebut, dijabarkan dimensi penilaian yang digunakan dalam akreditasi Program Magister yang secara garis besar terdiri atas komponen-komponen berikut .

A. Masukan, mencakup komponen:
1. Visi dan misi program studi.
2. Sasaran dan tujuan.
3. Mahasiswa.
4. Dosen dan tenaga pendukung.
5. Kurikulum.
6. Sarana dan prasarana.
7. Biaya dan sumber dana (pendanaan).

B. Proses, mencakup komponen:
8. Tata pamong (governance).
9. Pengelolaan program.
10. Proses pembelajaran.
11. Suasana Akademik
12. Penelitian dan tesis.
13. Pengabdian kepada masyarakat.

C. Keluaran/Hasil, mencakup komponen:
14. Lulusan.
15. Keluran lainnya: publikasi hasil penelitian dan atau produk penelitian dalam bentuk patent, rancang bangun, prototip, perangkat lunak, dsb.

D. Balikan dan tindak lanjut, mencakup komponen:
16. Sistem informasi.
17. Sistem peningkatan dan pengendalian mutu.

Untuk keperluan penyusunan laporan hasil evaluasi-diri, maka komponen-komponen itu ditata sebagai berikut.

Komponen A.
Komponen B.
Komponen C.
Komponen D.
Komponen E.
Komponen F.
Komponen G.
Komponen H.
Komponen I.
Komponen J.
Komponen K.
Komponen L.
Komponen M.
Komponen N.
Jatidiri, Visi, Misi, Sasaran, dan Tujuan.
Kemahasiswaan.
Dosen dan Tenaga Pendukung.
Kurikulum.
Sarana dan Prasarana.
Pendanaan.
Tata Pamong (Governance).
Pengelolaan Program.
Proses Pembelajaran.
Suasana Akademik.
Sistem Informasi.
Sistem Jaminan Mutu.
Lulusan
Penelitian, Publikasi, Skripsi/Tesis/Disertasi, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Hasil Lainnya.

Selanjutnya setiap komponen itu dirinci sebagai berikut.

A. Jatidiri, Visi, Misi, Sasaran, dan Tujuan
1. Rumusan jatidiri program studi, termasuk identitas fisik, legalitas, dan perkembangannya.
2. Rumusan visi program studi yang konsisten dengan visi lembaga.
3. Rumusan misi program studi yang diturunkan dari misi lembaga.
4. Rumusan sasaran program studi yang relevan dengan misinya.
5. Rumusan tujuan program studi yang merujuk tujuan lembaga dan merupakan turunan dari misinya.
Sumber informasi, antara lain: statuta, Renstra, direktori program studi, kurikulum, peraturan perundang-undangan terkait.



B. Kemahasiswaan
1. Sistem rekrutmen dan seleksi calon mahasiswa.
2. Profil mahasiswa: akademik, sosio-ekonomi, pribadi (termasuk kemandirian dan kreativitas).
3. Keterlibatan mahasiswa dalam berbagai komisi yang relevan.
4. Kegiatan ekstra-kurikuler.
5. Keberlanjutan penerimaan mahasiswa (minat calon mahasiswa dan kebutuhan akan lulusan program studi).
6. Pelayanan untuk mahasiswa:
a. Bantuan tutorial yang bersifat akademik.
b. Informasi dan bimbingan karir.
c. Konseling pribadi dan sosial.
Sumber informasi, antara lain: buku pedoman rekrutmen dan seleksi calon mahasiswa, pedoman layanan mahasiswa, hasil studi pelacakan, peraturan perundang-undangan terkait.

C. Dosen dan Tenaga Pendukung
1. Sistem rekrutmen dan seleksi dosen dan tenaga pendukung.
2. Pengelolaan dosen dan tenaga pendukung.
3. Profil dosen dan tenaga pendukung: mutu, kualifikasi, pengalaman, ketersediaan (kecukupan, kesesuaian, dan rasio dosen-mahasiswa).
4. Karya akademik dosen (hasil penelitian, karya lainnya).
5. Peraturan kerja dan kode etik.
6. Pengembangan staf.
7. Keberlanjutan pengadaan dan pemanfaatannya.
Sumber informasi, antara lain: buku pedoman rekrutmen dan seleksi calon dosen dan tenaga pendukung, direktori program studi, program pengembangan staf, laporan tahunan pimpinan perguruan tinggi/program studi, peraturan perundang-undangan terkait.

D. Kurikulum
1. Kesesuaian dengan visi, misi, sasaran, dan tujuan.
2. Relevansi dengan tuntutan dan kebutuhan stakeholders.
3. Struktur dan isi kurikulum (keluasan, kedalaman, koherensi, penataan/ organisasi).
4. Kompetensi dan etika lulusan yang diharapkan.
5. Derajat integrasi materi pembelajaran (intra dan antar disiplin ilmu).
6. Kurikulum lokal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat terdekat dan kepentingan internal lembaga.
7. Mata kuliah pilihan yang merujuk pada harapan/kebutuhan mahasiswa secara individual/kelompok mahasiswa tertentu.
8. Peluang bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri: melanjutkan studi, mengembangkan pribadi, memperoleh pengetahuan dan pemahaman materi khusus sesuai dengan bidang studinya, mengembangkan keterampilan yang dapat dialihkan (transferable skills), terorientasikan ke arah karir, dan pemerolehan pekerjaan.
Sumber informasi, antara lain: buku pedoman pengembangan kurikulum, hasil studi pelacakan, statuta, Renstra, kebijakan pimpinan, peraturan perundang-undangan terkait.
E. Sarana dan prasarana
1. Pengelolaan, pemanfaatan, dan pemeliharaan sarana dan prasarana.
2. Ketersediaan dan kualitas gedung, ruang kuliah, laboratorium, perpustakaan, dll.
3. Fasilitas komputer dan pendukung pembelajaran dan penelitian.
4. Kesesuaian dan kecukupan sarana dan prasarana.
5. Keberlanjutan pengadaan, pemeliharaan dan pemanfaatannya.
Sumber informasi, antara lain: Renstra, rencana pengembangan lembaga, peraturan perundang-undangan terkait.

F. Pendanaan
1. Sumber dana.
2. Sistem alokasi dana.
3. Pengelolaan dan akuntabilitas penggunaan dana.
4. Keberlanjutan pengadaan dan pemanfaatannya.
Sumber informasi, antara lain: laporan keuangan tahunan, peraturan perundang-undangan terkait.

G. Tata pamong (Governance)
1. Sistem nilai.
2. Sistem pengeloaan.
3. Sistem kepemimpinan, dan pengalihan (deputizing) serta akuntabilitas pelaksanaan tugas.
4. Partisipasi civitas academica dalam pengembangan kebijakan, serta pengelolaan dan koordinasi pelaksanaan program.
5. Perencanaan program jangka panjang (Renstra) dan monitoring pelaksanaannya sesuai dengan visi, misi, sasaran dan tujuan program.
Sumber informasi, antara lain: Renstra, statuta, laporan tahunan, risalah rapat pimpinan, peraturan perundang-undangan terkait.

H. Pengelolaan Program
1. Efisiensi dan efektivitas kepemimpinan.
2. Evaluasi program dan pelacakan lulusan.
3. Perencanaan dan pengembangan program, dengan memanfaatkan hasil evaluasi internal dan eksternal.
4. Kerjasama dan kemitraan.
5. Dampak hasil evaluasi program terhadap pengalaman dan mutu pembelajaran mahasiswa.
Sumber informasi , antara lain: hasil studi pelacakan, rencana pengembangan program, Renstra, statuta, peraturan perundang-undangan terkait.

I. Proses Pembelajaran
1. Misi pembelajaran
a. Pengembangan/pelatihan kompetensi yang diharapkan.
b. Efisiensi internal dan eksternal.
2. Mengajar:
a. Kesesuaian strategi dan metode dengan tujuan.
b. Kesesuaian materi pembelajaran dengan tujuan mata kuliah.
c. Efisiensi dan produktivitas.
d. Struktur dan rentang kegiatan mengajar.
e. Penggunaan teknologi informasi.
3. Belajar:
a. Keterlibatan mahasiswa.
b. Bimbingan tesis.
c. Peluang bagi mahasiswa untuk mengembangkan:
1) pengetahuan dan pemahaman materi khusus sesuai bidangnya,
2) keterampilan umum dan yang dapat dialihkan (transferable),
3) pemahaman dan pemanfaatan kemampuannya sendiri,
4) kemampuan belajar mandiri,
5) nilai, motivasi dan sikap.
4. Penilaian kemajuan dan keberhasilan belajar:
a. Peraturan mengenai penilaian kemajuan dan penyelesaian studi mahasiswa.
b. Strategi dan metode penilaian kemajuan dan keberhasilan mahasiswa.
c. Penentuan yudisium (pernyataan kualitatif dari hasil belajar seorang mahasiswa pada akhir jenjang pendidikan).
d. Penelaahan mengenai kepuasan mahasiswa.
Sumber informasi, antara lain: kebijakan-kebijakan mengenai pembelajaran, pedoman evaluasi hasil pembelajaran, pedoman pembelajaran, peraturan perundang-undangan terkait.

J. Suasana Akademik
1. Sarana yang tersedia untuk memelihara interaksi dosen–mahasiswa, baik di dalam maupun di luar kampus, dan untuk menciptakan iklim yang mendorong perkembangan dan kegiatan akademik/profesional.
2. Mutu dan kuantitas interaksi kegiatan akademik dosen, mahasiswa dan civitas academica lainnya.
3. Rancangan menyeluruh untuk mengembangkan suasana akademik yang kondusif untuk pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
4. Keikutsertaan civitas academica dalam kegiatan akademik (seminar, simposium, diskusi, eksibisi) di kampus.
5. Pengembangan kepribadian ilmiah.
Sumber informasi, antara lain: hasil pengamatan, laporan tahunan, peraturan akademik yang berlaku, peraturan perundang-undangan terkait.

K. Sistem Informasi
1. Rancangan pengembangan sistem informasi.
2. Kecukupan dan kesesuaian sumber daya, sarana dan prasarana pendukung untuk pemberdayaan sistem informasi.
3. Efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sistem informasi
4. Keberadaan dan pemanfaatan on-campus connectivity devices (intranet).
5. Keberadaan dan pemanfaatan global connectivity devices (internet).
Sumber informasi, antara lain: laporan tahunan, laporan khusus unit pelayanan informasi, pengamatan pemanfaatan sistem informasi, peraturan perundang-undangan terkait.

L. Sistem Jaminan Mutu
1. Pengelolaan mutu secara internal pada tingkat program studi (misalnya kajian kurikulum, monitoring dan mekanisme balikan bagi mahasiswa, dosen dan penguji eksternal).
2. Hubungan dengan penjaminan mutu pada tingkat lembaga.
3. Dampak proses penjaminan mutu terhadap pengalaman dan mutu hasil belajar mahasiswa.
4. Metodologi baku mutu (benchmarking).
5. Pengembangan dan penilaian pranata kelembagaan.
6. Evaluasi internal yang berkelanjutan.
7. Pemanfaatan hasil evaluasi internal dan eksternal/akreditasi dalam perbaikan dan pengembangan program.
8. Kerjasama dan kemitraan instansi terkait dalam pengendalian mutu.
Sumber informasi, antara lain: hasil evaluasi internal, hasil akreditasi, pedoman pelaksanaan penjaminan mutu internal, peraturan perundang-undangan terkait.

M. Lulusan
1. Hasil pembelajaran:
a. Kompetensi yang dicapai dibandingkan dengan yang diharapkan.
b. Kesesuaian kompetensi yang dicapai dengan tuntutan dan kebutuhan pemanfaat lulusan.
c. Data tentang kemajuan, keberhasilan, dan kurun waktu penyelesaian studi mahasiswa (termasuk IPK dan yudisium lulusan).
d. Kepuasan lulusan.
2. Kepuasan pemanfaat lulusan dan keberlanjutan penyerapan lulusan.
Sumber informasi, antara lain: laporan wisusda tahunan/tengah tahunan, transkrip hasil belajar para lulusan, direktori lulusan program studi, hasil studi pelacakan, peraturan perundang-undangan yang terkait.

N. Penelitian, Publikasi, Skripsi/Tesis/Disertasi, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Hasil Lainnya

1. Kualitas, produktivitas, relevansi sasaran, dan efisiensi pemanfaatan dana penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
2. Agenda, keberlanjutan, diseminasi hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
3. Kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat bersama dosen dan mahasiswa.
4. Banyak dan kualitas kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa.
5. Hubungan antara pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
6. Banyak dan kualitas kegiatan penelitian dan publikasi dosen.
7. Hubungan kerjasama dan kemitraan penelitian dengan lembaga dalam dan luar negeri.
8. Kualitas dan kurun waktu penyelesaian tesis (termasuk proses penulisan tesis dan pembimbingannya).
9. Publikasi hasil penelitian, karya inovatif, dan rangkuman tesis.
10. Produk program studi berupa model-model, hak paten, hasil pengembangan prosedur kerja, produk fisik sebagai hasil penelitian.
Sumber informasi, antara lain: rancangan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, Renstra, daftar tugas pembimbingan mahasiswa, catatan mengenai penyelesaian tesis, daftar tesis, peraturan perundang-undangan terkait.






































IV. PROSEDUR EVALUASI-DIRI

Evaluasi-diri dilakukan melalui prosedur yang ditata dalam tahap-tahap berikut: persiapan dan perencanaan, penataan organisasi, pelaksanaan, penggunaan pakar sejawat, dan tindak lanjut. Setiap tahap itu dirinci sebagai berikut.

A. Persiapan dan perencanaan:
1. Pembentukan tim inti.
2. Motivasi staf.
3. Penentuan fokus dan sasaran sesuai dengan agenda dan masalah yang dihadapi lembaga.
4. Penentuan luas dan kedalaman evaluasi.
5. Penataan sumber-sumber data dan informasi yang digunakan.
6. Pembagian tugas tim inti.
7. Penentuan jadwal kegiatan.
8. Penentuan pihak-pihak yang akan dilibatkan.

B. Penataan organisasi kerja:
1. Penentuan tugas dan peran setiap pihak yang terlibat.
2. Pemilihan dan pelatihan tenaga pelaksana.
3. Pembentukan tim kerja:
a. Susunan tim;
b. Deskripsi tugas dan cara kerja.
4. Penentuan mekanisme koordinasi dan komunikasi.

C. Pelaksanaan evaluasi-diri:
1. Pemetaan sasaran evaluasi.
2. Penelaahan masukan, lingkungan, program, proses dan keluaran.
3. Pengkajian baku mutu eksternal (BAN-PT, organisasi profesi, dsb.).
4. Pengumpulan fakta dan opini.
5. Pembahasan hasil evaluasi-diri dengan berbagai pihak terkait.
6. Penyusunan dan penyebarluasan laporan kepada pihak terkait.
7. Pemanfaatan hasil evaluasi-diri untuk perbaikan dan peningkatan mutu, perencanaan dan pengembangan program, persiapan evaluasi ekternal (akreditasi), dan penjaminan mutu internal.

D. Pemanfaatan pakar sejawat
1. Jika perlu, program studi/lembaga perguruan tinggi dapat memanfaatkan pakar sejawat sebagai penasehat/pengkaji dari luar untuk penilaian, tetapi bukan untuk menyusun laporan.
2. Nama pakar sejawat dicantumkan dalam laporan evaluasi-diri.
3. Pemanfaatan kunjungan tim dari luar untuk mendorong perubahan.
4. Pemanfaatan kerjasama dengan badan-badan eksternal.

E. Tindak lanjut:
1. Pemanfaatan hasil evaluasi-diri sebagai rujukan perencanaan.
2. Perbanyak evaluasi kelembagaan (institutional evaluation).

V. LAPORAN HASIL EVALUASI-DIRI

A. Makna Laporan Hasil Evaluasi-diri

Laporan hasil evaluasi-diri adalah deskripsi, analisis, dan refleksi mengenai keadaan, kinerja, dan perangkat pendidikan suatu perguruan tinggi/program studi, sebagai hasil kajian dan asesmen yang mendalam dan bersifat internal. Laporan itu disusun secara komprehensif, lengkap, sistematis, dan mudah difahami, sehingga siapa pun yang membaca, mengkaji dan memanfaatkan laporan itu dapat memahami seperti apa yang dimaksudkan oleh penyusunnya. Laporan itu digunakan, terutama oleh perguruan tinggi dan program studi yang bersangkutan untuk berbagai maksud seperti dikemukakan pada awal naskah ini, antara lain untuk memutakhirkan data dasar perguruan tinggi dan program studi dalam bentuk profil yang komprehensif, perencanaan dan perbaikan program studi secara sinambung, penjaminan mutu internal perguruan tinggi dan program studinya, dan untuk mempersiapkan evaluasi eksternal atau akreditasi.

Memperhatikan penggunaan laporan evaluasi-diri seperti itu, maka isi laporan hasil evaluasi-diri mungkin lebih luas dan lebih lengkap dibandingkan dengan informasi yang dikemas dalam borang dan atau portfolio akreditasi. Untuk kelengkapan rujukan bagi borang atau portfolio yang disampaikan kepada BAN-PT, maka laporan hasil evaluasi-diri itu disiapkan oleh program studi pada saat visitasi atau kunjungan pakar sejawat di program studi, yang digunakan sebagai bahan rujukan utama dalam mengkaji keadaan, kinerja dan perangkat pendidikan program studi yang bersangkutan.

Laporan evaluasi-diri diawali oleh suatu rangkuman eksekutif, yang merupakan singkatan isi laporan lengkap evaluasi-diri, dan dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh, jelas dan singkat, sehingga pembaca laporan dapat menangkap apa yang dilaporkan, tanpa membaca keseluruhan laporan lengkap. Rangkuman eksekutif dilampirkan pada waktu program studi mengajukan permintaan untuk diakreditasi kepada BAN-PT.

B. Format Laporan Hasil Evaluasi-diri
Sebenarnya, tidak ada format baku mengenai laporan hasil evaluasi-diri itu. Namun demikian, sepanjang berkaitan dengan BAN-PT, maka dianjurkan bahwa laporan hasil evaluasi-diri itu disusun dengan format dan sistematika yang mencakup materi sebagai berikut.

JUDUL LAPORAN
I. Kata pengantar.
II. Rangkuman eksekutif.
III. Susunan tim evaluasi-diri beserta deskripsi tugasnya.
IV. Daftar isi.
V. Deskripsi SWOT setiap komponen evaluasi diri, yaitu:
A. Jatidiri, visi, misi, sasaran dan tujuan.
B. Kemahasiswaan.
C. Dosen dan Tenaga Pendukung.
D. Kurikulum.
E. Sarana dan prasarana.
F. Pendanaan.
G. Tata pamong (governance).
H. Pengelolaan program.
I. Proses pembelajaran.
J. Suasana akademik.
K. Sistem informasi.
L. Sistem jaminan mutu.
M. Lulusan.
N. Penelitian, publikasi, skripsi/tesis/disertasi, pengabdian kepada masyarakat, dan hasil lainnya.
VII. Analisis SWOT program studi secara keseluruhan, merujuk kepada deskripsi SWOT setiap komponen.
VII. Referensi : Sumber-sumber utama yang digunakan dalam proses
dan pelaporan evaluasi-diri
VIII. Lampiran : Format-format yang berisi rangkuman data pendukung.
Kopi dokumen yang perlu dicantumkan dalam laporan.
Dokumen lain yang dirasa perlu dilampirkan.

B. Perwajahan Laporan

Perwajahan atau layout laporan, seperti halnya dengan format laporan, tidak ada yang baku. Yang penting dalam hal ini bahwa perwajahan itu konsisten merujuk pada sistem yang digunakan, dan ditulis secara jelas bagi pembaca. Namun demikian, sepanjang berkaitan dengan BAN-PT, maka perwajahan laporan itu mengikuti ketentuan sebagai berikut.

1. Ukuran kertas: A-4.
2. Spasi: 1,5.
3. Ukuran huruf (font): 12.
4. Sistematis.
5. Perwajahan dan tata tulis konsisten.
6. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Catatan:
• Uraian mengenai masing-masing komponen dalam laporan, sedapat mungkin mencakup:
o Keadaan sekarang.
o Data pendukung.
o Deskripsi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
• Dalam menyajikan data dan informasi hasil evaluasi-diri dapat digunakan format-format yang telah disediakan dalam Borang Akreditasi atau Pedoman Penyusunan Portfolio yang telah disediakan oleh BAN-PT.
• Data dan informasi yang dihasilkan dalam evaluasi-diri disiapkan pula oleh program studi sebagai bukti-bukti yang disajikan pada saat visitasi BAN-PT ke tempat kedudukan program studi dalam rangka verifikasi, validasi, dan pelengkapan data dan informasi yang telah disajikan dalam borang dan atau portfolio yang telah disampaikan kepada BAN-PT.
• Deskripsi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman adalah pernyataan singkat dan jelas mengenai keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan setiap komoponen evaluasi-diri program studi.
• Analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT analysis) adalah penelaahan SWOT seperti yang telah dideskripsikan pada setiap komponen, untuk merumuskan strategi pemecahan masalah, berbaikan atau pengembangan program studi selanjutnya.

Analisis tersebut dibagankan pada Gambar 3.


Gambar 3. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan
Ancaman (SWOT Analysis)




PENJELASAN ISTILAH DAN SINGKATAN

Akreditasi. Suatu proses evaluasi eksternal terhadap suatu perguruan tinggi dan program-program studinya dengan mengkaji, menilai, dan mengaudit kondisi, profil dan kinerjanya menggunakan kriteria dan standar yang disepakati, yang mengarah kepada jaminan, perbaikan dan kendali mutu.

Asesor. Seorang pakar dalam disiplin ilmu atau bidang studi yang merupakan dosen pada suatu perguruan tinggi, suatu asosiasi profesi atau lembaga ilmiah tertentu, yang diangkat dan ditugasi oleh lembaga akreditor untuk melakukan penilaian di tempat dan visitasi kepada program studi dan atau instituti perguruan tinggi sebagai bagian dari proses akreditasi.

Baku mutu. Hasil kerja bermutu tinggi yang diperoleh melalui proses kinerja yang sempurna; suatu rujukan pengukuran standar untuk perbandingan; suatu tingkat mutu kinerja yang diakui sebagai standar kesempurnaan untuk suatu praktek bisnis tertentu.

BAN-PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi). Lembaga pada tingkat nasional di Indonesia yang bertanggung jawab mengenai akreditasi pada semua program studi dan instituti perguruan tinggi negeri dan swasta.

Borang. Suatu instrumen pengumpulan data dan informasi untuk tujuan akreditasi program studi, yang harus direspon oleh program studi sarjana dan atau diploma yang layak diakreditasi.

Deskripsi SWOT. Uraian yang komprehensif dan mendalam mengenai kekuatan dan kelemahan (faktor internal), peluang dan ancaman (faktor eksternal) dari suatu organisasi, termasuk institusi perguruan tinggi dan program studinya.

Dosen dan personil pendukung. Sumber daya manusia (SDM) yang diperlukan untuk penyelenggaraan program studi. SDM merupakan komponen strategis bagi kinerja program studi dalam rangka mencapai sasaran dan tujuan program. Semua dosen yang terlibat dalam perkuliahan pada program studi harus menguasai sasaran, tujuan, kurikulum, metode mengajar, belajar dan penilaian, dan standar yang berhubungan dengan mata kuliah yang diajarkannya. Mereka harus menyadari kontribusinya terhadap pencapaian sasaran dan tujuan program studi.

Evaluasi-diri/Penilaian internal. Pengkajian dan penilaian internal yang dilakukan oleh suatu program studi/institusi sebelum dilakukan penilaian eksternal.

Evaluasi di tempat. [desk evaluation] Pengkajian dan penilaian data dan informasi yang disajikan oleh program studi/institusi untuk tujuan akreditasi, dilakukan oleh suatu tim pakar (asesor), sebelum visitasi.

Indikator kinarja. Nilai numerikal dan bentuk informasi lain yang menerangkan atau mengukur kemajuan dalam mencapai misi, sasaran dan tujuan suatu satuan pendidikan tertentu. Ukuran atau tingkat kinerja yang harus dicapai oleh suatu lembaga dan atau unsur-unsurnya.

Integritas [integritas program studi]. Ciri khusus program studi yang menyatakan kejujuran, keterbukaan dan perilaku lurus personel yang terlibat dalam penyelenggaraan program studi.

IPK (Indeks Prestasi Kumulatif). Rata-rata nilai kumulatif yang diperoleh mahasiswa dan atau lulusan suatu program studi.

Kendali mutu. Pemisahan produk atau layanan yang baik dari yang buruk melalui pengawasan.

Kualitas (mutu). Kecocokan untuk suatu tujuan menurut pelanggan.

Kurikulum. Dalam arti luas dan umum, kurikulum adalah keseluruhan program kegiatan dan sumber-sumber yang disediakan untuk mencapai sasaran dan tujuan program studi, termasuk program belajar-mengajar, sumber-sumber, proses-proses, penilaian hasil belajar mahasiswa, dsb. Tapi, untuk maksud pengamatan dan pengkajian khusus, kurikulum diartikan sebagai program pembelajaran yang disajikan dan diwajibkan bagi mahasiswa untuk mencapai sasaran dan tujuan, termasuk struktur dan isi yang dipilih sesuai dengan sasaran dan tujuan program studi.

Laporan Kualitas. Suatu laporan mengenai kualitas program studi/institusi yang disiapkan oleh tim mutu terkait.

Lisensi. Suatu dokumen pengakuan resmi terhadap seorang lulusan program studi yang telah memenuhi tuntutan pemerintah.

Misi [misi program studi]. Deskripsi mengenai tugas, kewajiban, tanggung jawab, dan rencana tindakan, yang dirumuskan sesuai dengan visi program studi, yang harus digunakan sebagai dasar pengembangan pendidikan/pengajaran, penelitian , dan pengabdian kepada masyarakat.

Parameter. Ciri yang reprentatif dari suatu komponen yang akan diukur dalam suatu kondisi tertentu.

Pembakuan mutu. Proses identifikasi dan belajar dari praktek yang paling baik di mana pun di seluruh dunia sebagai cara untuk mencapai perbaikan yang berkelanjutan; suatu proses pengukuran sistematik dan berkelanjutan; suatu proses pembandingan dan pengukuran yang berkelanjutan tentang proses bisnis suatu organisasi terhadap pemimpin bisnis di seluruh dunia sebagai standar pembanding, untuk memperoleh informasi yang akan membantu suatu organisasi mengambil tindakan perbaikan kinerjanya.

Pemberian lisensi. [licensing] Pengakuan resmi oleh suatu lembaga pemerintah bahwa seorang individu telah memenuhi persyaratan pemerintah, dan karena itu, disetujui untuk berpraktek dalam suatu profesi yang memberi lisensi itu.

Pembiayaan. Dana pendukung penyelenggaraan program studi yang disediakan oleh perguruan tinggi dan sumber dana lain, seperti industri dan lembaga lain yang berkepentingan dengan kualitas lulusan yang akan dipekerjakannya. Dana itu harus direncabakan sesuai dengan standar finansial yang disepakati untuk memungkinkan program studi mencapai sasaran dan tujuannya. Dana itu mencakup biaya operasional program, pengadaan dan pemeliharaan bahan pengajaran dan fasilitas lainnya yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program.

Pengelolaan program. Struktur dan prosedur penataan program studi termasuk struktur organisasi, pengelolaan kualitas secara internal pada tingkat program studi, kerterkaitan dengan satuan-satuan lainnya, pengembangan staf akademik, penilaian kemampuan mengajar dosen, dampak proses jaminan mutu terhadap pengalaman mahasiswa, dan perencanaan dan pengembangan menyeluruh program studi.

Pihak yang berkepentingan [Stakeholder]. Seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai minat terhadap system pendidikan, misalnya organisasi yang mempekerjakan lulusan satuan pendidikan, orang tua siswa, siswa, luluan, dan anggota masyarakt yang berinteraksi dengan siswa/lulusan.

Portfolio – portfolio akreditasi. Suatu laporan-diri yang bersifat kualitatif dan terbuka, berisi data dan informasi yang disiapkan oleh program pascasarjana/ institusi berdasarkan hasil evaluasi-diri, untuk maksud evaluasi eksternal.

Sasaran [sasaran program studi]. Rumusan mengenai harapan yang bersifat umum dan komprehensif yang harus dipenuhi oleh program studi dalam upaya melaksanakan misinya.

Sarana dan prasarana. Sumber-sumber pendukung bagi penyelenggaraan program studi, termasuk gedung, mebiler, perpustakaan dan bahan pengajaran, ruang staf dan ruang pertemuan, ruang belajar, laboratorium, bengkel kerja, ruang serba guna beserta fasilitanya, alat bantu belajar-mengajar (audio-visual, bahan cetak, elekronik, dan dijital) dsb. Pengadaan sarana dan prasarana harus konsisten dan relevan dengan sasaran dan tujuan program studi, serta tuntutan kurikulum.

Sertifikasi. Proses yang dilakukan oleh suatu organisasi atau asosiasi non-pemerintah untuk memberikan pengakuan profesional kepada seorang individu lulusan program studi yang telah mencapai kualifikasi tertentu sebagaimana dituntut oleh lembaga atau asosiasi terkait.

Sertifikat. Dokumen pengakuan resmi terhadap seorang individu lulusan program studi yang telah memenuhi kualifikasi khusus tertentu, oleh suatu lembaga atau asosiasi.
Sistem pengajaran. Sistem penyampaian yang digunakan oleh proram studi untuk memberi kemudahan bagi mahasiswa dalam mencapai tujuan program studi dan memperoleh kompetensi yang diharapkan sebagaimana dirumuskan dalam sasaran program studi Suatu program studi harus memiliki pedoman yang lengkap dan operasional tentang sistem pengajaran, yang terpusat kepada kebutuhan dan kemampuan belajar mahasiswa, yang konsistem dengan sasaran dan tujuan program studi.

Suasana akademik. Kondisi yang menungkinkan program studi mengelola pengembangan akademik, termasuk penyediaan fasilitas yang mendorong interaksi akademik antara dosen dan mahasiswa, meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan akademik dosen dan mahasiswa, menjamin kebebasan akademik, membangun suasana yang mendorong pengembangan dan kegiatan profesional, dan perencanaan menyeluruh untuk mengembangkan siatuasi yang kondusif untuk belajar.

Standar. Kompetensi/kualitas minimum yang dituntut dari lulusan/institusi terkait, yang dapat diukur dan dapat diuraikan menjadi parameter dan indikator.

Tata pamong. [governance] Berkenaan dengan determinasi nilai di dalam perguruan tinggi, dalam sistem pengambilan keputusan dan alokasi sumber daya, misi dan tujuannya, pola kekuasaan serta hierarkhi, hubungan di dalam perguruan tinggi sebabgai suatu lembaga, sebagai dunia usaha, atau dalam tatanan masyarakat di luar dunia akademik.

Tenaga paruh waktu. Tenaga kerja pada perguruan tinggi yang tidak mempunyai tugas penuh dalam suatu satuan pendidikan.

Tenaga tetap. Tenaga kerja pada institusi perguruan tinggi dengan tugas penuh, yaitu 37 jam setiap minggu dalam satuan kerja sebagai staf yunior dan senior pada berbagai tingkat/pangkat, adminisrtrator, atau personil profesional lainnya.

TMF (Tim Mutu Fakultas). Tim mandiri, yang berfungsi sebagai koordinator penilaian-diri, bertanggung jawab atas jaminan mutu pendidikan pada tingkat fakultas. Tim itu terdiri atas tiga sampai lima anggota, diketuai oleh seorang dosen yang dikenal dan memiliki reputasi baik, dan bertanggung jawab kepada TMI (Tim Mutu Institusi).

TMI (Tim Mutu Institusi). Tim mandiri, yang berfungsi sebagai koordinator penilaian-diri, bertanggung jawab atas jaminan mutu pendidikan pada tingkat institusi. Tim itu terdiri atas tiga sampai lima anggota, diketuai oleh seorang dosen yang dikenal dan memiliki reputasi baik, dan bertanggung jawab kepada UJM (Unit Jaminan Mutu).

TMJ (Tim Mutu Jurusan). Tim mandiri, yang berfungsi sebagai koordinator penilaian-diri, bertanggung jawab atas jaminan mutu pendidikan pada tingkat jurusan. Tim itu terdiri atas tiga sampai lima anggota, diketuai oleh seorang dosen yang dikenal dan memiliki reputasi baik, dan bertanggung jawab kepada TMF (Tim Mutu Fakultas).

TMP (Tim Mutu Program Studi). Tim mandiri, yang berfungsi sebagai koordinator penilaian-diri, bertanggung jawab atas jaminan mutu pendidikan pada tingkat program studi. Tim itu terdiri atas tiga sampai lima anggota, diketuai oleh seorang dosen yang dikenal dan memiliki reputasi baik, dan bertanggung jawab kepada TMJ (Tim Mutu Jurusan).

Tujuan [tujuan program studi]. Rumusan tentang hasil khusus program studi dalam bentuk profil kompetensi yang diharapkan dari lulusan sesuai dengan kebutuhan dan standar yang dituntut oleh pihak yang berkepentingan (stakeholders) internal dan eksternal, termasuk tuntutan pasar kerja.

UJM (Unit Jaminan Mutu). Suatu satuan kerja dalam suatu perguruan tinggi yang bertanggung jawab untuk mengingatkan dan memfasilitasi seluruh sistem perguruan tinggi untuk melakukan penilaian kualitas sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, dan menguraikan standar penilaian menjadi parameter.

Urusan mahasiswa. Segala sesuatu tentang mahasiswa program studi berkenaan dengan mutu dan kuantitas mahasiswa (profil), kemajuan dan hasil belajar dan layanan bagi mahasiswa. Profil mahasiswa merupakan kepedulian sentral dari program studi, dan dianggap sebagai salah satu indikator keberhasilannya. Mutu dasar mahasiswa dan kemajuan hasil belajar pada akhir program menandakan mutu program studi.

Visi [visi program studi]. Perenyataan yang berorientasi ke masa depan tentang apa yang diharapkan oleh program studi. Visi terdiri atas pernyataan-pernyataan mengenai: (a) antisipasi tentang kondisi dan kinerja program studi yang lebih baik di masa yang akan datang; (b) antisipasi mengenai kecenderungan perkembangan historis, kultural dan nilai-nilai organisasi propgram studi; (c) kompetensi unggul dan unik program studi; (d) standard keunggulan berdasarkan ambisi positif dan aspirasi; (e) dorongan untuk inspirasi tingkat tinggi, entusiasme, dan komitmen; dan (f) terarah pada pernyataan yang jelas mengenai sasaran dan tujuan.

Visitasi. Kajian dan penilaian di lapangan, yang dilakukan oleh suatu tim pakar sejawat yang mandiri, untuk melakukan verifikasi dan validasi data dan informasi yang disajikan oleh program studi/institusi melalui borang/portfolio.











DAFTAR RUJUKAN

Accreditation Commission for Senior Colleges and Universities, 2001. Handbook of Accreditation. Alameda, CA: Western Association of Schools and Colleges.

BAN-PT, 2001. Pedoman Evaluasi-diri Program Studi. Jakarta: BAN-PT.

BAN-PT, 2000. Guidelines for External Accreditation of Higher Education. Jakarta: BAN-PT.

BAN-PT, 2000. Guidelines for Internal Quality Assessment of Higher Education. Jakarta: BAN-PT.

BAN-PT, 2001. Sistem Akreditasi Program Studi D-III. Jakarta: BAN-PT.

BAN-PT, 2001. Sistem Akreditasi Program Studi S1. Jakarta: BAN-PT.

BAN-PT, 2001. Sistem Akreditasi Program Studi S2. Jakarta: BAN-PT.

BAN-PT, 2001. Sistem Akreditasi Program Doktor. Jakarta: BAN-PT.

McKinnon, K.R., Walker, S.H. & Davis, D., 2000. Benchmarking: A Manual for Australian Universities. Canberra: Department of Education, Training and Youth Affairs, Higher Education Division.

National Council for Accreditation of Teacher Education, 1997. Standards, Procedures, and Policies for the Accreditation of Professional Education Units. Washington, DC: NCATE.

Tadjudin, M.K., 2002. Asesmen Institusi untuk Penentuan Kelayakan Perolehan Status Lembaga yang Mengakreditasi Diri bagi Perguruan Tinggi: Dari Akreditasi Program Studi ke Audit Lembaga Perguruan Tinggi. Jakarta: BAN-PT.

Technological and Professional Skills Development Sector Project, 2001. Guidelines for Self-evaluation Report Submission, Batch II. Jakarta: Directorate General of Higher Education, Ministry of National Education.

Quality Assurance Agency for Higher Education, 1998. Quality Assurance in UK Higher Education: A brief guide. Gloucester: QAA, http:/www.qaa.ac.uk.

Skripsi Peranan lingkungan belajar dalam menumbuhkan minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SDN Panyingkiran IV Kecamatan Rawamerta

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah.
Sebagai salah satu komponen dalam proses belajar, aksistensi guru menjadi hal yang begitu penting peranannya, guru bukan saja bertugas merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar didalam kelas saja, melainkan bertanggung jawab terhadap keberhasilannya. Oleh karena itu, walaupun pada hakikatnya memang muridlah yang belajar namun gurulah yang paling bertanggung jawab bahwa proses belajar itu terjadi dengan baik pada setiap siswa ( S.Nasution, 1982 : 92). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mutu pendidikan banyak bergantung kepada mutu guru dalam membimbing proses belajar siswa.
Begitu pentingnya peranan guru, maka peranan tersebut tidak dapat digantikan oleh orang lain yang berbeda peranan dan tanggung jawabnya. Oemar Hamalik (1981:106) menyatakan bahwa “Guru pun adalah suatu profesi tersendiri, pekerjaan ini tidak bisa dikerjakan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian sebagai guru”. Hal ini memberikan isyarat kepada setiap guru, bahwa dalam melaksanakan tugasnya itu guru dituntut menunjukan antusiasme yang tinggi sebagai seorang petugas professional dalam bidangnya. Sesuai dengan Undang – undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, tuntutan profesionalisme bagi seorang guru itu tidak terbatas pada pengajaran bidang studi termasuk Pendidikan Agama Islam. Tuntutan profesionalisme itu dianggap penting karena erat kaitannya dengan berbagai komponen yang menunjang proses belajar mengajar.
Guru professional merupakan potensi untuk menciptakan proses belajar mengajar yang bermakna dan berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Berbicara mengenai profesionalisme ini, pembicaraan kita tidak dapat dipisahkan dari masalah kompetensi atau masalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru, guru harus memiliki berbagai macam kemampuan professional seperti kemampuan menguasai materi pelajaran, menguasai berbagai metode pengajaran, kemampuan mengelola kelas seperti keterampilan dalam perencanaan kurikulum, pengorganisasian proses belajar mengajar, penataan lingkungan belajar, dan kemampuan professional lainnya. Tanpa memiliki kemampuan-kemampuan itu, maka sulit untuk menjadi seorang guru yang handal.
Diantara beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh guru itu, yang akan penulis soroti adalah yang hubungannya dengan kemampuan yang dituntut dari padanya adalah menata lingkungan belajar. Profesionalisme guru dalam menata lingkungan belajar ini akan dirasa perlu bila guru menghadapi perilaku-perilaku siswa yang tidak dikehendakinya dalam proses belajar seperti tidak memperhatikan waktu gurusedang menerangkan, masa bodoh, kepasifan, tidak bersemangat, jenuh atau bosan dan perilaku lainnya yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar. Perilaku-perilaku tersebut dianggap sebagai masalah yang seringkali dihadapi oleh guru termasuk guru agama dan perlu mendapat perhatian sebab kalau dibiarkan tentu akan menghambat kemajuan belajar siswa dan proses belajar mengajar.
Perilaku-perilaku siswa yang disebutkan diatas, berkaitan erat dengan keaktifan belajar dipengaruhi oleh minat dan dorongan untuk belajar. Perilaku-perilaku siswa yang tidak dikehendaki dalam proses belajar mengajar itu bisa disebabkan oleh rendahnya minat dan dorongan untuk belajar. Perilaku-perilaku siswa yang tidak dikehendaki dalam proses belajar mengajar itu bisa disebabkan oleh rendahnya minat dan dorongan belajar mereka. Upaya menumbuhkan minat dan dorongan belajar bisa melalui upaya yang diciptakan oleh guru. Sebab siswa seringkali membutuhkan stimulus dari luar dari guru untuk menimbulkan minat dan dorongan belajar. Upaya yang diciptakan guru itu disamping dapat memperngaruhi minat dan dorongan belajar, juga memperngaruhi keaktifan belajar siswa.
Merangsang, menumbuhkan dan meningkatkan minat siswa dalam belajar melalui upaya yang diciptakan oleh guru dapat dilakukan diantaranya melalui penataan lingkungan belajar. Menata lingkungan belajar merupakan salah satu usaha guru untuk menciptakan kondisi belajar yang baik agar proses pengajaran dapat berlangsung dengan sempurna. Lingkunngan belajar yang perlu ditata ialah sikap guru, persepsi sensoris, kegiatan motorik yang ditampilkan, tempat duduk siswa, meja guru, cahaya, ventilasi, alat-alat peraga, dan lain-lain. Lingkungan itu perlu ditata untuk memperoleh suasana belajar yang merangsang (Cece Wijaya,1992:133).
Sebelum upaya guru dalam menata lingkungan belajar itu menumbuhkan dan merangsang minat belajar siswa, terlebih dahulu ditanggapi oleh siswa. Tanggapan siswa ini merupakan hasil interaksi yang dilakukan dengan objek-objek tertentu termasuk guru dalam proses belajar mengajar. Sebab walau bagaimanapun upaya guru itu akan memberikan stimulus atau rangsangan yang positif.
Apabila upaya guru dalam menata lingkungan belajar ini merupakan stimulus untuk terjadinya interaksi, maka akan memberikan tanggapan atau kesan bagi siswa dalam kegiatan interaksi belajarnya. Sadar ataupun tidak bahwa interaksi itu akan menumbuhkan kesan atau tanggapan. Makin tinggi upaya guru, berarti makin tinggi daya reaksi siswa, secara otomatis akan melahirkan lebih banyak kesan, sebagaimana Abu Ahmadi (1991:22) menyatakan bahwa” makin baik daya reaksi terhadap lingkungan manusia akan makin banyak kesan.”
Selanjutnya apabila upaya yang dilakukan guru dalam menata lingkungan belajar itu menarik perhatian maka akan terjadi daya reaksi terhadap siswanya, serta akan banyak kesan yang didapat, pada akhirnya akan tumbuh minat belajar siswa. Seseorang melakukan aktivitas karena mendapat kesan yang berarti bagi dirinya dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini Moh.Surya (1985:26) menyatakan bahwa “aktivitas menjadi suatu bentuk usaha individu secara aktif dalam memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan.”
Berkenaan dengan upaya penataan lingkungan belajar yang dilakukan guru Agama di SDN Panyingkkiran IV Rawamerta Karawang, berdasarkan studi penelitian Pendahuluan diperoleh fenomena yang menarik untuk diteliti. Karena ada beberapa sarana yang belum memadai dalam pelaksanaan pengajaran Agama.
Selanjutnya diperoleh keterangan terdapat beberapa upaya yang dilaksanakan guru agama dalam menata lingkungan belajar. Dimulai dari penataan lingkungan fisik didalam kelas sampai penataan lingkungan social yang ada di dalamnya. Adapun upaya-upaya tersebut adalah :
Memanfaatkan lingkungan fisik yang sudah ada dan mengaturnya sehingga terjadi suasana belajar yang merangsang siswa untuk beraktivitas, seperti : Memperhatikan sikap dan tempat duduk siswa sebelum memulai dan selama kegiatan mengajarnya. Guru agama juga membuat variasi tempat duduk siswa disesuaikan dengan kebutuhan metode mengajarnya, seperti jika menggunakan metode diskusi, ia membuat formasi tempat duduk dalam posisi melingkar sehingga sesame siswa bisa saling berhadapan dan menjadi komunikasi.
Menerapkan kedisiplinan belajar seperti : selalu memeriksa kehadiran siswa setiap kali mengajar, memberikan tugas rutin kepada semua siswa yaitu dengan membaca buku paket dan mengisi Lembar Kerja Siswa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu memiliki buku paket dan Lembar Kerja Siswa mata pelajaran PAI diwajibkan kepada semua siswa.
Mengadakan hubungan dengan orang tua murid dalam rangka menumbuhkan minat keagamaan siswa dirumahnya pada setiap bulan suci Ramadhan yaitu tugas mengikuti ceramah keagamaan dan shalat tarawih kepada semua siswa. Pada bulan tersebut orang tua murid dilibatkan partisipasinya dalam mengawasi kegiatan keagamaan anaknya seperti menanda tangani kegiatan yang ttelah dilakukan oleh anaknya.
Fenomena empiric yang terjadi diatas memperlihatkan adanya kesenjangan antara upaya yang dilakukan guru agama dalam menata lingkungan belajar siswa dengan nilai-nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Berangkat dari fenomena yang terjadi, penulis tertarik untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan diatas, maka diadakan suatu penelitian yang dituangkan kedalam sebuah judul : PERANAN LINGKUNGAN BELAJAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI SDN PANYINGKIRAN IV RAWAMERTA.


B. Perumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan tersebut, dapat penulis rumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana peranan lingkungan belajar dalam menumbuhkan minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SDN Panyingkiran IV Rawamerta?
2. Bagaimana factor pendudkung dan penghambat lingkungan belajar dalam menumbuhkan minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SDN Panyingkiran IV Rawamerta?
3. Bagaimana hasil yang dicapai lingkungan belajar dalam menumbuhkan minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SDN Panyingkiran IV Rawamerta?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui peranan lingkungan belajar dalam menumbuhkan minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SDN Panyingkiran IV Rawamerta.
2. Untuk mengetahui factor pendudkung dan penghambat lingkungan belajar dalam menumbuhkan minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SDN Panyingkiran IV Rawamerta.
3. Untuk mengetahui hasil yang dicapai lingkungan belajar dalam menumbuhkan minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SDN Panyingkiran IV Rawamerta.

D. Kerangka Berpikir.
Dalam rangka menimbulkan minat siswa untuk belajar, tugas guru adalah menciptakan situasi belajar yang sesuai dengan kondisi perkembangan jiwa siswa. Situasi belajar yang menyenangkan, kondusif dan terarah, akan menumbuhkan minat siswa terhadap pelajaran.
Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan, bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan maka minatnya akan timbul untuk melakukan sesuatu.
Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan yang menyebabkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar. Perubahan itu meliputi aspek pengetahuan kecakapan, sikap, minat, keterampilan, dan sebagainya. Kegiatan yang dimaksud disini adalah kegiatan belajar yang bersifat fisik dan fsikis. Dalam mengajar, kedua kegiatan itu harus selalu terkait. Sebagai contoh, ketika seorang siswa membaca buku, maka pikiran dan sikap mentalnya harus tertuju pada buku itu. Disaat siswa mempunyai ide-ide yang bermanfaat dan dapat dituangkan dalam suatu tulisan, maka ia segera menuliskannya dalam sebuah buku tulis.
Belajar yang merupakan suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh dua factor, yaitu factor intern dan factor ekstern. Adapun factor intern yang memperngaruhi kegiatan belajar antara lain factor fisik dan fsikis. Yang termasuk factor fisik adalah adalah keadaan orgasme tubuh yang sehat. Sebab keadaan pisik yang sakit akan memperngaruhi seluruh jaringan tubuh sehingga tidak mungkin melakukan kegiatan belajar dengan sempurna, sedangkan yang termasuk factor fsikis adalah perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi ingatan, berfikir, bakat, dan motif. Kemudian yang termasuk factor ektern terdiri dari : factor keluarga, factor sekolah, factor lingkungan social dan factor kelompok (Tabrani Rusyan, 1992:81 ).
Dari factor – factor yang ada pada diri siswa atau factor intern, salah satuyang memperngaruhi minat belajarnya ialah factor tanggapan. Tanggapan ialah kesan-kesan yang tinggal pada seseorang setelah melakukan pengamatan (Hadi |suparto dan Sholeh, 1986 : 36 ). Tanggapan dapat berbentuk informasi, perbuatan, ujud benda dari penginderaan, maupun perasaan (Sofia, dkk, 1985:6). Tanggapan dapat diperoleh dari guru, dari membaca, dan atau dari pengalaman dilingkungannya. Dengan demikian tanggapan siswa merupakan kesan-kesan yang tinggal pada diri seseorang setelah melakukan pengamatan terhadap upaya guru dalam menata lingkungan belajar. Adapun yang dimaksud upaya guru dalam menata lingkungan belajar adalah usaha-usaha yang dilakukan guru dalam menata atau mengatur segala apa yang berpengaruh pada diri individu yang belajar apakah yang bersifat fisik ataupun yang bersifat social sehingga dapatmenumbuhkan dan merangsang kegiatan belajar pada diri individu (siswa ).
Penataan lingkungan belajar ini dimaksudkan untuk memperoleh suasana belajar yang merangsang sehingga dapat menumbuhkan dan meningkatkan kegiatan belajar pada diri siswa. Hal itu tentunya memerlukan penataan lingkungan belajar yang baik, sebab pada dasarnya lingkungan belajar yang baik itu adalah lingkungan belajar yang merangsang, menantang siswa untuk belajar, member rasasenang, aman kepuasan, sehingga tujuan yang telah diciptakan bias tercapai dengan baik (E.Komar,1993:8).
Menata lingkungan belajar ini perlu bahkan harus diupayakan oleh guru agar tercipta suasana belajar yang merangsang minat belajarnya. Adapun ditanggapi siswanya itu sebagaimana yang diungkapkan Cece Wijaya dan A.Tabrani Rusyan berikut :
1. Penataan lingkungan fisik, penempatan tempat duduk siswa, guru, alat dan perabot diatur agar siswa bisa bergerak leluasa.
2. Ventilasi dan penempatan cahaya, ruang belajar yang pengap akan menyebabkan kebosanan bekerja apalagi jika ruangan itu gelap.
3. Penempatan lemari atau rak tempat menyimpan barang-barang. Lemari dan perabot lainnya tidak ditaruh dimana saja, tetapi sebaiknya diatur menurut prinsip (1) mudah dalam mengambil barang, (2) tidak mengganggu dalam lalu lintas kegiatan, (3) dipandang estetis.
4. Penempatan alat peraga, model, benda-benda nyata, dll. Harus ditempatkan sesuai dengan tujuan pengajaran. Alat-alat itu sebaiknya mudah dilihat dan leluasa untuk diperagakan. Gambar digantungkan ditempat yang cukup menarik, mudah dilihat, dan tidak mengganggu pandangan yang lain.
5. Penataan lingkungan social. Lingkungan ini utamanya datang dari pihak guru itu sendiri, yaitu berupa penampilan yang berpengaruh dalam menumbuhkan suasana belajar mengajar yang merangsang seperti sikap guru yang demokratis dalam kepemimpinannya; cara berucap yang baik dan benar; tulisan yang jelas, suara yang baik; tidak keras dan tidak lemah; hubungan dengan orang tua yang akrab.
6. Disamping yang sifatnya sosiopsikologis, ada lingkungan yang sifatnya rutin dan organisasional. Factor disiplin untuk meraih sukses belajar disekolah tidak kecil, antara lain kehadiran siswa dan guru, penjadwalan bidang studi yang tidak membosankan, keikut sertaan dalam upacara bendera, kunjungan kepada orang sakit, pemberian sumbangan sukarela kepada orang yang meninggal atau mendapat kecelakaan, kegiatan yang menyukseskan pesta sekolah, dan karya wisata (Cece Wijaya,1992:120-121).
Secara skematis, kerangka pemikiran diatas dapat dilihat dibawah ini sebagai berikut :












E. Langkah-langkah Penelitian.
Langkah-langkah penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian lapangan, untuk memperoleh data-data lapangan dengan menempuh teknik-teknik sebagai berikut :

1. Menentukan Jenis Data dan Sumber Data
a. Jenis data.
Jenis data yang akan dikumpulkan dalam memecahkan pembahasan di atas adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif akan bersumber pada hasil melalui observasi dan wawancara, sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui penyebaran angket kepada sejumlah responden yang ditetapkan.
b. Sumber Data.
Untuk mencari data-data yang penulis perlukan maka menentukan sumber data terdiri dari :
- Kepala Sekolah, Guru dan Para siswa.
2. Menentukan Populasi Sampel
a. Populasi
Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan data yang penting bagi suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV, V, VI SDN Panyingkiran IV yang berjumlah 150 siswa.
b. Sampel
Sampel adalah suatu kumpulan objek penelitian yang hanya mengamati sebagian populasi. Penentuan besarnya prosentase 20 % berdasarkan pada pendapat Suharsimi Arikunto (1999:107) sebagai berikut :
“Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya besar dapat diambil diantara 10-25 % atau 20-25%
20% x 150 = 30 siswa.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi : Pengambilan data dengan pengamatan secara langsung pada obyek yang dimaksud yaitu SDN Panyingkiran IV Rawamerta.
b. Angket : Instrumen pengambilan data dengan mengajukan pertanyaan secara tertulis, yang harus dijawab dengan mengisi daftar isi yang penulis sediakan. Penulis menyeb arkan angket kepada 30 siswa.
c. Wawancara (interview) : Instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung baik melalui Kepala Sekolah, Tata Usaha maupun Guru.
d. Studi kepustakaan : Pengumpulan data dari sumber tertulis yang berkenaan dengan pembahasan judul ini, sebagai bahan acuan rujukan dalam pembahasan skripsi ini.
4. Teknik Analisa Data
Data yang terkumpul melalui angket dianalisa secara kuantitatif melalui distribusi frekuensi dengan memberikan prosentase, dalam hal ini menggunakan rumus menurut Suharsimi Arikunto ( 1988:248) dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar statistic Penelitian sebagai berikut :
F
P = --- x 100%
N
P = Angka Prosentase
F = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya
N = Jumlah Frekuensi atau banyaknya individu
100% = Bilangan Tetap
Dengan kategori sebagai berikut :
A = Baik sekali : Berkisar antara 81% - 100%
B = Baik : Berkisar antara 61% - 80%
C = Cukup : Berkisar antara 41% - 60%
D = Kurang : Berkisar antara 21% - 40%
E = Kurang sekali : Berkisar antara 0% - 20%
Dan langkah terakhir adalah menarik kesimpulan. Dengan selesainya langkah ini beberapa kesimpulan penting dapat diajukan sekaligus merupakan jawaban – jawaban atas pertanyaan pada penelitian ini. Dan jawaban-jawaban itu yang menjadi hasil dari penelitian ini.







BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG LINGKUNGAN BELAJAR
DAN MINAT BELAJAR SISWA


A. Pengertian lingkungan Belajar
Ada dua istilah yang sangat erat kaitannya tetapi berbeda.Secara gradual ialah “alam sekitar” dan “lingkungan”. Alam sekitar mencakup segala hal yang ada disekitar kita, baik yang jauh maupun yang dekat letaknya, baik dimasa silam maupun yang akan datang tidak terikat pada dimensi waktu dan tempat. Sedangkan lingkungan diartikan sebagai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang terlingkung disuatu daerah atau tempat. Dalam kamus bahasa inggris peristilahan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere, domain, range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada disekitar atau sekeliling. Dalam literature lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Istilah lain yang erat kaitannya dengan lingkungan adalah “ekologi” atau sering disebut dengan “lingkungan hidup”. Ekologi terdiri dari bio –ekologi, geo ekologi dan kultur ekologi. Sedangkan Istilah belajar, sebenarnya telah lama dikenal oleh manusia, sejak manusia ada. Sebenarnya mereka telah melakukan aktifitas belajar, oleh karena itu kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kegiatan belajar itu ada sejak adanya manusia. Belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya di dalam memenuhi kehidupannya.
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman dan latihan. Artinya, kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku. Baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap; bahkan meliputi segenap aspek oraganisme atau pribadi. Kegiatan belajar dapat terjadi karena adanya proses belajar mengajar. Artinya, ada yang diajar (belajar) dan ada pula yang mengajar, dalam hal ini adalah guru. Dan hakikat dari tujuan belajar adalah perubahan.
Jadi lingkungan belajar adalah keadaan atau segala sesuatu yang ada disekitar ataupun sekeliling atau merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya yang dijadikan obyek belajar atau tempat untuk menuju perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek oraganisme atau pribadi.
Lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah factor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan factor belajar yang penting. Oleh karena itu lingkungan yang baik untuk belajar akan menimbulkan perasaan kerasan untuk belajar, sebaliknya lingkungan belajar yang kacau, kotor, tak teratur, hiruk pikuk, akan menimbulkan keengganan untuk belajar dan tidak mungkin akan mencapai konsentrasi yang tinggi dalam belajar, bahkan yang terjadi adalah kekacauan dalam belajar. Perasaan mudah letih, bosan untuk belajar, dan tidak dapat tahan lama duduk belajar, salah satu faktornya adalah gangguan lingkungan atau suasana sekitar.
Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara individu dan lingkungan. Karena lingkungan menyediakan rangsangan ( stimulus ) terhadap individu dan sebaliknya individu memberikan respons terhadap lingkungan. Tokoh-tokoh pendidikan masa lampau berpandangan bahwa factor lingkungan sangat bermakna dan dijadikan sebagai landasan dalam mengembangkan konsep pendidikan dan pengajaran. Misalnya J.J Rousseau dengan teorinya “kembali kealam” menunjukan betapa pentingnya pengaruh alam terhadap perkembangan anak didik. Karena itu pendidikan anak harus dilaksanakan dilingkungan alam yang bersih, tenang, suasana segar, sehingga sang anak tumbuh sebagai manusia yang baik. Jan Ligthart terkenal dengan pengajaran “alam sekitar” menerangkan sebaiknya pendidikan disesuaikan dengan keadaan alam sekitar. Alam sekitar ( milieu ) adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita. Ovide Decroly dengan teorinya bahwa “Sekolah adalah dari kehidupan dan untuk kehidupan” (Ecole pour la vie par lavie ) mengemukakan bahwa “Bawalah kehidupan kedalam sekolah agar kelak anak didik dapat hidup dimasyarakat”.
Belajar juga merupakan proses / hasil perubahan pada aspek kapabilitas (pengetahuan, sikap dan ketrampilan, dan perilaku ) sebagai akibat berintraksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku yang relatif permanen itu ditentukan oleh stimuli yang dipasok oleh lingkungan luar seseorang , perubahan tingkah laku seseorang dapat dikendalikan melalui pengendalian stimuli lingkungan yang tepat sebagai hasil latihan ( Behavorist ). Belajar terjadi lebih efektif apabila :
1. Dalam lingkungan yang nyaman secara fisik dan psikis bagi wajib belajar.
Nyaman fisik : sarana dan prasarana belajar yang memadai dan menyenangkan.
Nyaman psikis : hubungan saling percaya, saling menghargai, saling membantu, bebas menyatakan pendapat, dan menerima perbedaan diantara wajib belajar dan pendidik.
2. Wajib belajar merasakan kebutuhan belajar artinya wajib belajar menganggap tujuan belajar sebagai tujuannya sendiri dan dengan lingkungan belajar kondusif mempercepat berkembangnya potensi anak.
3. Wajib belajar terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan belajar artinya wajib belajar aktif dalam proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar
4. Berpusat pada pengalaman artinya wajib belajar mengalami secara langsung atau tidak langsung proses belajar dan menggunakan pengalamannya secara tepat.
5. Wajib belajar menerima umpan balik yang tepat untuk menilai keberhasilan mereka mencapai tujuan.
Beberapa kondisi belajar dan prinsip pembelajaran yaitu :
1. Wajib belajar merasakan kebutuhan untuk belajar meliputi :
- Pembelajaran menghadapkan wajib belajar pada kemungkinan- kemungkinan baru untuk pemenuhan diri.
- Pembelajaran membantu wajib belajar memperjelas aspirasi mereka sendiri untuk memperbaiki perilaku
- Pembelajaran membantu wajib belajar mendiagnosis kesenjangan antara aspirasi mereka dengan tingkat performansi saat ini
- Pembelajaran membantu wajib belajar mengidentifikasi masalah-masalah kehidupan mereka karena kesenjangan dalam kemampuan personal mereka yang ada atau yang sedang dihadapinya.
2. Lingkungan belajar ditandai dengan kenyamanan fisik , saling percaya dan menghargai , saling membantu, bebas berekspresi, dan menerima Perbedaan.
- Pembelajar mengusahakan kondisi fisik yang nyaman untuk belajar ( ruangan , tempat duduk, sarana dan prasarana belajar) dan kondusif untuk berinteraksi
- Pembelajar menerima wajib belajar sebagai seseorang yang dihargai dan dihormati perasaan dan gagasannya
- Pembelajar berupaya membangun hubungan saling percaya dan saling menghargai , dan saling membantu antar wajib belajar dengan meningkatkan kegiatan kerja sama dan menahan diri dari kompetisi yang tidak sehat.
- Pembelajar menunjukkan kontribusinya sebagai teman belajar dalam semangat belajar
3. Wajib belajar memandang tujuan suatu pengalaman belajar sebagai tujuan mereka. Pembelajaran melibatkan wajib belajar dalam suatu proses timbal balik perumusan tujuan belajar di mana kebutuhan wajib belajar ,lembaga, pembelajaran, dan masyarakat diperhitungkan.
4. Wajib belajar berbagi tanggung jawab dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu pengalaman belajar , dan oleh karena itu ada komitmen terhadapnya. Pembelajar memberikan pemikirannya tentang pilihan-pilihan yang ada dalam perencanaan pengalaman belajar dan pemilihan materi dan metode dan melibatkan wajib belajar dalam menentukan mana yang dipakai diantara pilihan-pilihan itu.
Dan langkah akhir dari suatu kegiatan Pembelajaran dilakukan penilaian untuk melihat hasil dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisa , dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Dari pengertian tersebut dapat kita pahami bahwa ada dua macam penilaian , yatiu (a) penilaian proses dan (b) penilaian hasil belajar yang mencakup beberapa aspek yang harus dinilai yaitu : Aspek Kognitif, aspek apektif dan aspek psikomotorik. Penilaian Proses dilakukan pada saat kegiatan belajar berlangsung sedangkan penilaian hasil, biasanya dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar. Untuk Guru, hasil tes disamping berfungsi sebagai alat pengukur keberhasilan pembelajaran juga dapat dipergunakan untuk mendiagnosis yaitu untuk mengetahui kelemahan-kelemahan hasil belajar siswa dan kemungkinan factor penyebabnya untuk menentukan tindak lanjutnya . Guru yang mengalami kegagalan dalam pembelajaran harus segera tanggap dan introspeksi diri dalam pembelajarannya. Upaya pertama kali yang harus dilakukan adalah mengkaji profesionalitas diri sebagai guru , pribadi anak didik ,serta lingkungan , informal ataupun lingkungan non formal anak.
Agar belajar berlangsung baik, maka perlu ditunjang oleh ruangan dan meja belajar yang menyenangkan, penerangan, sirkulasi udara yang baik, dan suhu ruangan yang baik.
Ruang belajar yang baik yaitu jika memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Ruangan harus bersih, 2. Tersedia ruangan husus untuk belajar, 3. Perabotan dan peralatan dalam ruangan tertata dengan baik dan menarik untuk dinikmati, 4. Mempunyai penerangan yang baik, dari sinar matahari dan lampu, 5. Tersedia meja belajar, 6. Sirkulasi udara berjalan baik, 7. Suhu udara tida terlalu panas, atau sebaliknya menggigilkan, 8. Jauh dari kebisingan.
Belajar diawali dengan adanya rangsangan sensoris dari lingkungan. Manusia secara terus menerus menerima kesan-kesan baru dari lingkungan melalui penginderaan yakni melalui: mata, telinga, hidung, kulit sebagai pintu gerbang masuknya pengetahuan pada manusia. Sebagian besar kesan dan pengetahuan manusia dipelajari dengan tanpa sengaja.

B. Ruang Lingkup Lingkungan Belajar
1. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat baik kelompok besar atau kelompok kecil.
2. Lingkungan personal
Lingkungan personal meliputi individu-individu sebagai suatu pribadi berpengaruh terhadap individu pribadi lainnya.
3. Lingkungan alam (fisik)
Lingkungan Alam ( Fisik ) meliputi semua sumber daya alam yang dapat diberdayakan sebagai sumber belajar.
4. Lingkungan kultural
Lingkungan cultural mencakup hasil budaya dan teknologi yang dapat dijadikan sumber belajar dan yang dapat menjadi factor pendukung pengajaran yaitu sistem nilai, norma, dan adat kebiasaan.
Dalam menciptakan lingkungan belajar yang baik guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan juga memiliki strategi dalam:
1. Menata kehidupan kelompok dalam prosedur belajar mengajar yang memiliki empat tingkatan yakni; dari konkret menuju ke abstrak, dan dari abstrak menuju ke konkret. Tingkatan-tingkatan belajar itu adalah sebagai berikut :
a. Tingkat 1 : Belajar langsung melalui masyarakat yang dilaksanakan dalam bentuk karyawisata, survey, dan pengabdian social.
b. Tingkat 2 : Belajar langsung melalui kegiatan-kegiatan ekspresi, seperti menggambar, menari dan drama.
c. Tingkat 3 : Belajar tak langsung melalui alat audio visual, seperti peta, model grafik, film, televise, radio, dan internet.
d. Tingkat 4 : Belajar tak langsung melalui symbol kata, seperti buku, ceramah, diskusi dan lain-lain.


C. Pengertian Minat Belajar
Minat belajar terdiri dari dua kata yakni minat dan belajar, dua kata ini beda arti, untuk itu penulis akan mendefinisikan satu persatu, sebagai berikut :
a. Minat menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan.
b. Perhatian atau minat menunjukan pada kecenderungan manusia untuk mencari atau menolak sesuatu kegiatan (Anderson, 1975 : 211 ).
c. Minat atau perhatian merupakan kecenderungan seseorang untuk memilih atau menolak sesuatu kegiatan.
d. Hilgard mengatakan minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan (Inters is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content).
e. Minat menurut Mahfudz Shalahuddin adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan.
f. Minat menurut Crow dan Crow, minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda dan kegiatan.
g. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.
h. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Berdasarkan Definisi-definisi di atas, bisa disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan jiwa yang relative menetap kepada diri seseorang dan biasanya disertai dengan perasaan senang. Menurut Berhard "minat" timbul atau muncul tidak secara tiba-tiba, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja, dengan kata lain, minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan penyebab partisipasi dalam kegiatan. Sedangkan pengertian belajar adalah sebagai berikut :
a. Belajar menurut Ernest R Hicgard adalah proses pembuatan yang dengan sengaja bisa menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditumbulkan sebelumnya.
b. Menurut Gagne, belajar merupakan perubahan yang diperlihatkan dalam bentuk tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang sempurna itu.
c. Menurut para ahli psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup.
d. Menurut Sardiman, belajar merupakan usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Dari definisi-definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar itu menimbulkan suatu perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan perubahan itu dilakukan lewat kegiatan, atau usaha yang disengaja.
Jadi, yang dimaksud dari minat belajar adalah aspek psikologi seseorang yang menampakkan diri dalam beberapa gejala, seperti : gairah, keinginan, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman, dengan kata lain, minat belajar itu adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan seseorang (siswa) terhadap belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar. Agama Islam pun sangat memperhatikan masalah pendidikan (khususnya belajar) untuk mencari dan menuntut ilmu pengetahuan, karena dengan ilmu pengetahuan manusia bisa berkarya dan berprestasi serta dengan ilmu dan dengan belajar manusia dapat pandai, mengerti tentang hal-hal yang ia pelajari, dan dengan ilmu itupun manusia ibadahnya menjadi sempurna, begitu pentingnya ilmu Rasulullah SAW. mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu, baik laki-laki maupun perempuan. Sabda Rasulullah SAW. dalam haditsnya :

ا طلب العلم ولو بالصين فان طلب العلم فريضة على كل مسلم ان الملا ءكة تضع اجتحتها ا لطا لب العلم رضا بما يطلب (رواه ابن عبد
البار)


Artinya :

Tuntutlah ilmu walaupun dinegeri cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim (laki-laki atau perempuan), sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut. (H.R. Ibnu Abdil bar).


Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal oleh manusia, sejak manusia ada sebenarnya mereka telah melakukan aktifitas belajar, oleh karena itu kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kegiatan belajar itu ada sejak adanya manusia. Belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya di dalam memenuhi kehidupannya. Aktifitas belajar bagi kegiatan individu tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar, terkadang lancar dan terkadang tidak, terkadang dapat menangkap dengan cepat apa yang dipelajarinya, terkadang amat sulit, demikian antara lain kenyataan yang kita jumpai pada anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktifitas belajar.
Setiap individu memang tidak ada yang sama, perbedaan individual ini pula yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak didik. Dalam keadaan di mana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar. Sehubungan dengan ini, bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi umat manusia, sebagaimana perkembangan dan perwujudan diri bagi pembangunan Bangsa dan Negara serta Agama. Yang mana pendidikan dapat diperoleh secara formal (Sekolah) maupun nonformal (luar Sekolah).
Di dalam lingkungan Sekolah terdapat bidang studi pendidikan Agama Islam yang bertujuan :
“Untuk meningkatkan keimanan, penghayatan, pemahaman dan pengamalan siswa tentang Agama Islam menjadi manusia Muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta berahklak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat berbangsa dan bernegara, serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih baik”.
Pendidikan juga merupakan cerita atau jalan untuk mengembangkan dan mengarahkan dirinya menjadi sosok manusia yang memiliki kepribadian yang utama dan sempurna. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan kepribadian baik jasmani maupun rohani ke arah yang lebih baik dalam kehidupannya, sehingga semakin maju suatu masyarakat maka akan semakin penting pula adanya pendidikan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Bersamaan dengan itu Islam memandang pendidikan sebagai dasar utama seseorang diutamakan dan dimuliakan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur'an Surat al-Mujadalah ayat 11, berikut ini yang yang Artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu sekalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.2 (QS, al-Mujadalah : 11).
Di dalam pelaksanaan pendidikan pemerintah telah mengupayakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran Nasional yang diatur dalam undan-gundang. Untuk itu pemerintah memberikan hak pada warganya untuk mendapatkan pengajaran dan pendidikan ini dimulai dari lingkungan keluarga sebagai Lembaga pendidikan, kemudian pendidikan di lingkungan masyarakat sebagai pendidikan nonformal, oleh karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Di samping itu pendidikan Sekolah bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif (tingkah laku dan sikap) dalam diri murid yang sudah berkembang menuju kedewasaan. Sehingga anak didik dapat mewujudkan dirinya dan dapat berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal dan non formal, dan informal di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbanagan kemampuan-kemampuan individu, agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat. Pendidikan Islam sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek kerohanian dan jasmaninya juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu pematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan, baru dapat tercapai bila mana berlangsung melaui proses demi proses kearah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhannya. Didalam proses pencapaian tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang optimal, kiranya perlu ditunjang dengan minat siswa dalam belajar.
Minat ini besar pengaruhnya terhadap belajar, karena minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan siswa, bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Oleh karena itu, untuk mengatasi siswa yang kurang berminat dalam belajar, guru hendaknya berusaha bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar. Dalam artian menciptakan siswa yang mempunyai minat belajar yang besar, mungkin dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik, salah satunya adalah mengembangkan variasi dalam gaya mengajar. Dengan variasi ini siswa bisa merasa senang dan memperoleh kepuasan terhadap belajar.
Minat mengandung unsur-unsur kognisi (mengenal), emesi (perasaan), dan konasi (kehendak). Oleh sebab itu, minat dapat dianggap sebagai respon yang sadar, sebab kalau tidak demikian, minat tidak akan mempunyai arti apa-apa. Unsur kognisi maksudnya adalah minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut unsur emosi, karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai oleh perasaan tertentu, seperti rasa senang, sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari unsur kognisi. Dari kedua unsur tersebut yaitu yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu kegiatan, termasuk kegiatan yang ada di sekolah seperti belajar. Jadi minat sangat erat hubungannya dengan belajar. Belajar tanpa minat akan terasa menjemukan, dalam kenyataannya tidak semua belajar siswa didorong oleh faktor minatnya sendiri, ada yang mengembangkan minatnya terhadap materi pelajaran dikarenakan pengaruh dari gurunya, temannya, orang tuanya. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab sekolah untuk menyediakan situasi dan kondisi yang bisa merangsang minat siswa terhadap belajar. Membangkitkan minat belajar siswa itu juga merupakan tugas guru yang mana guru harus benar-benar bisa menguasai semua keterampilan yang menyangkut pengajaran, terutama keterampilan dalam bervariasi, keterampilan ini sangat mempengaruhi minat belajar siswa seperti halnya bervariasi dalam gaya mengajar, jika seorang guru tidak menggunakan variasi tersebut, siswa akan cepat bosan dan jenuh terhadap materi pelajaran. Untuk mengatasi hal-hal tersebut guru hendaklah menggunakan variasi dalam gaya mengajar, agar semangat dan minat siswa dalam belajar meningkat, jika sudah begitu, hasil belajarpun sangat memuaskan. Dan tujuan pembelajaran pun akan tercapai dengan maksimal. Asal-Usul Minat Belajar Siswa. Minat tidak dibawa sejak lahir, minat merupakan hasil dari pengalaman belajar. Jenis pelajaran yang melahirkan minat itu akan menentukan seberapa lama minat bertahan dan kepuasan yang diperoleh dari minat. Minat timbul tidak secara tiba-tiba, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar itu menurut Bernard. Kalau menurut Ngalim Purwanto minat itu timbul dengan menyatakan diri dalam kecenderungan umum untuk menyelidiki dan menggunakan lingkungan dari pengalaman, anak bisa berkembang kearah berminat atau tidak berminat kepada sesuatu. Untuk itu ada dua hal yang menyangkut minat yang perlu diperhatikan yakni :
a. Minat pembawaan, minat muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, baik itu kebutuhan maupun lingkungan. Minat semacam ini biasanya muncul berdasarkan bakat yang ada.
b. Minat muncul karena adanya pengaruh dari luar, maka minat seseorang bisa saja berubah karena adanya pengaruh dari luar, seperti : lingkungan, orang tuanya, dan bisa saja gurunya. Dari dua hal di atas, yang nomor dua inilah yang dipermasalahkan atau sedang diperbincangkan. Minat yang timbul karena adanya pengaruh dari guru yang menggunakan variasi gaya mengajar. Ada beberapa indikator-indikator minat belajar siswa sebagai berikut :
1. Pengalaman belajar Pengalaman yang dimiliki oleh siswa dalam matampelajaran tersebut baik seperti prestasi belajar.
2. Mempunyai sikap emosional yang tinggi Seorang anak yang berminat dalam belajar mempunyai sikap emosional yang tinggi misalnya siswa tersebut aktif mengikuti pelajaran, selalu mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik.
3. Pokok pembicaraan apa yang dibicarakan (didiskusikan) anak dengan orang dewasa atau teman sebaya, dapat memberi petunjuk mengenai minat mereka dan seberapa kuatnya minat tersebut. Jadi, artinya dalam berdiskusi anak tersebut akan antusias semangat dan berprestasi.
4. Buku bacaan (buku yang dibaca) Biasanya siswa atau anak jika diberi kebebasan untuk memilih buku bacaan tertentu siswa itu akan memilih buku bacaan yang menarik dan sesuai dengan bakat dan minatnya.
5. Pertanyaan
Bila pada saat proses belajar mengajar berlangsung siswa selalu aktif dalam bertanya dan pertanyaan tersebut sesuai dengan materi yang diajarkan itu bertanda bahwa siswa tersebut memiliki minat yang besar terhadap pelajaran tersebut. Dengan adanya indikator-indikator di atas, seorang guru bisa mengetahui, apakah siswa yang diajarnya itu berminat untuk mempelajari suatu pelajarannya dalam artian belajar atau tidak berminat untuk belajar, jika siswa tidak berminat maka gurunya hendaknya memberi motivasi atau membangkitkan minat siswa tersebut, diantaranya dengan menggunakan variasi gaya mengajar.
Peranan dan Fungsi Minat Pada setiap minat manusia, minat memegang peranan penting dalam kehidupannya dan mempunyai dampak yang besar atas prilaku dan sikap, minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar, anak yang berminat terhadap sesuatu kegiatan baik itu bekerja maupun belajar, akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan yang diinginkan. William Amstrong menyatakan bahwa kosentrasi tidak ada bila bila ada minat yang memadai, seseorang tidak akan melakukan kegiatan jika tidak ada minat, Lester dan Alice Crow juga menekankan beberapa pentingnya minat untuk mencapai sukses dalam hidup sesorang. Suatu minat dalam belajar merupakan suatu kejiwaan yang menyertai siswa dikelas dan menemani siswa dalam belajar. Minat mempunyai fungsi sebagai pendorong yang kuat dalam mencapai prestasi dan minat juga dapat menambah kegembiraan pada setiap yang ditekuni oleh seseorang. Peranan minat dalam proses belajar mengajar adalah untuk pemusatan pemikiran dan juga untuk menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar seperti adanya kegairahan hati dapat memperbesar daya kemampuan belajar dan juga membantunya tidak melupakan apa yang dipelajarinya, jadi belajar dengan penuh dengan gairah, minat, dapat membuat rasa kepuasan dan kesenangan tersendiri. Ada beberapa peranan minat dalam belajar antara lain :
a.Menciptakan, menimbulkan kosentrasi atau perhatian dalam belajar.
b.Menimbulkan kegembiraan atau perasaan senang dalam belajar
c.Memperkuat ingat siswa tentang pelajaran yang telah diberikan guru
d.Melahirkan sikap belajar yang positif dan kontruktif
e.Memperkecil kebosanan siswa terhadap studi / pelajaran.

D. Faktor-Faktor lingkungan Yang Mempengaruhi Minat Belajar
Berhasil atau tidak seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi banyak jenisnya, tetapi digolongkan enjadi dua golongan, yaitu faktor intern, dan faktor ekstern, faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu seperti faktor, kesehatan, bakat perhatian, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar individu (dirinya) seperti Keluarga, sekolah, masyarakat. Dibawah ini akan dikemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar tersebut.
a. Faktor-faktor Intern :
1) Faktor Biologis
a) Faktor Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar, bila seseorang kesehatannya terganggu misalkan sakit pilek, demam, pusing, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan cepat lelah, tidak bergairah, dan tidak bersemangat untuk belajar. Demikian halnya jika kesehatan rohani (Jiwa) seseorang kuarang baik, misalnya mengalami perasaan kecewa karena putus cinta atau sebab lainnya, ini bisa mengganggu atau mengurangi semangat belajar. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang, baik fisik maupun mental, agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar.
b) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Cacat tubuh seperti buta, tuli, patah kaki, lumpuh dan sebagainya bias mempengaruhi belajar, siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Sebenarnya jika hal ini terjadi hendaknya anak atau siswa tersebut dilembagakan pendidikan khusus supaya dapat menghindari atau mengurangi kecacatannya itu.
c) Faktor Psikologis
Ada banyak faktor psikologis, tapi disini penulis mengambil beberapa saja yang ada relevansinya dengan pembahasan skripsi ini, faktor-faktor tersebut adalah :
(1) Perhatian
Untuk mencapai hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan atau materi pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka minat belajarpun rendah, jika begitu akan timbul kebosanan, siswa tidak bergairah belajar, dan bias jadi siswa tidak lagi suka belajar. Agar siswa berminat dalam belajar, usahakanlah bahan atau materi pelajaran selalu menarik perhatian, salah satunya usaha tersebut adalah dengan menggunakan variasi gaya mengajar yang sesuai dan tepat dengan materi pelajaran.
(2) Kesiapan
Kesiapan menurut James Drever adalah, Prepanednesto Respond or Reach. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan response atau bereaksi kesediaan itu timbul dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar, seperti halnya jika kita mengajar ilmu filsafat kepada anak-anak yang baru duduk dibangku sekolah menengah, anak tersebut tidak akan mampu memahami atau menerimanya. Ini disebabkan pertumbuhan mentalnya belum matang untuk menerima pelajaran tersebut. Jadi menganjurkan sesuatu itu berhasil jika tarif pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya, potensi-potensi jasmani atai rohaninya telah matang untuk menerima karena jika siswa atau anak yang belajar itu sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya itupun akan lebih baik dari pada anak yang belum ada kesiapan.
(3) Bakat atau Intelegensi
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar, misalkan orang berbakat menyanyi, suara, nada lagunya terdengar lebih merdu disbanding dengan orang yang tidak berbakat menyanyi. Bakat bias mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakat, maka siswa akan berminat terhadap pelajaran tersebut, begitu juga intelegensi, orang yang memiliki intelegensi (IQ) tinggi, umumnya mudah belajar dan hasilnyapun cenderung baik, sebaliknya jika seseorang yang “IQ” nya rendah akan mengalami
kesukaran dalam belajar. Jadi kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap minat belajar dan keberhasilan belajar. Bila seseorang memiliki intelegensi tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses disbanding dengan orang yang memiliki
“IQ” rendah dan berbakat, kedua aspek tersebut hendaknya seimbang, agar tercapai tujuan yang hendak dicapai.
c. Faktor-faktor eksternal :
Faktor eksternal yang mempengaruhi minat belajar siswa adalah faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Uraian berikut akan membahas ketiga faktor tersebut.
1) Faktor Keluarga
Minat belajar siswa bias dipengaruhi oleh keluarga seperti cara orang tua mendidik, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga. Akan diuraikan sebagai berikut :
a.Cara orang tua mendidik.
Cara orang tua mendidik anaknya sangat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Hal ini dipertegas oleh Sutjipto Wirowidjojo yang menyatakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Jika orang tua tidak memperhatikan pendidikan anaknya (acuh tak acuh terhadap belajar anaknya) seperti tidak mengatur waktu belajar, tidak melengkapi alat belajarnya dan tidak memperhatikan apakah anaknya belajar atau tidak, semua ini berpengaruh pada semangat belajar anaknya, bias jadi anaknya
tersebut malas dan tidak bersemangat belajar. Hasil yang didapatkannya pun tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya. Mendidik anak tidak baik jika terlalu dimanjakan dan juga tidak baik jika mendidik terlalu keras. Untuk itu, perlu adanya bimbingan dan penyuluhan yang tentunya melibatkan orang tua, yang sangat berperan penting akan keberhasilan bimbingan tersebut.
(b) Suasana rumah.
Suasana rumah dimaksudkan adalah situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi didalam keluarga, dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh, ramai dan semrawut tidak member ketenangan kepada anaknya yang belajar. Biasanya ini terjadi pada keluarga yang besar dan terlalu banyak penghuninya, suasana rumah yang tegang, ribut, sering cekcok, bias menyebabkan anak bosan di rumah, dan sulit berkonsentrasi dalam
belajarnya. Dan akibatnya anak tidak semangat dan bosan belajar, karena terganggu oleh hal-hal tersebut. Untuk memberikan motivasi yang mendalam pada anak-anak perlu diciptakan suasana rumah yang tenang, tentram dan penuh kasih saying supaya anak tersebut betah dirumah dan bias berkonsentrasi dalam belajarnya.
(c) Keadaan Ekonomi Keluarga
Dalam kegiatan belajar, seorang anak akadang-kadang memerlukan sarana prasarana atau fasilitas-fasilitas belajar seperti buku, alat-alat tulis dan sebagainya. Fasilitas ini hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang, jika fasilitas tersebut tidak dapat dijangkau oleh keluarga. Ini bias menjadi faktor penghambat dalam belajar tapi sianak hendaknya diberi pengertian tentang hal itu agar anak bisa mengerti dan tidak sampai mengganggu belajarnya.
Tapi jika memungkinkan untuk mencukupi fasilitas tersebut, maka penuhilah fasilitas tersebut, agar anak bersemangat senang belajar.
2) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi minat belajar siswa mencakup metode mengajar, kurikulum, pekerjaan rumah.
(a) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui dalam mengajar, metode mengajar ini mempengaruhi minat belajar siswa. Jika metode mengajar guru kurang baik dalam artian guru kurang menguasai materi-materi kurang persiapan, guru tidak menggunakan variasi dalam menyampaikan pelajaran alias monoton, semua ini bias berpengaruh tidak baik bagi semangat belajar siswa. Siswa bisa malas belajar, bosan, mengantuk dan akibatnya siswa tidak berhasil dalam menguasai materi pelajaran. Oleh karena itu, untuk meningkatkan minat belajar siswa guru hendaknya menggunakan metode mengajar yang tepat, efesien dan efektif yakni dengan dilakukannya keterampilan variasi dalam menyampaikan materi.
(b) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran. Bahan pelajaran yang seharusnya disajikan itu sesuai dengan kebutuhan bakat dan cita-cita siswa juga masyarakat setempat. Jadi kurikulum bisa dianggap tidak baik jika kurikulum tersebut terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa. Perlu diingat bahwa system intruksional sekarang menghendaki proses belajar mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu memahami siswa dengan baik, agar dapat melayani siswa dan member semangat belajar siswa, agar dapat melayani siswa dan memberi semangat belajar siswa. Adanya kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan-kebutuhan siswa, akan meningkatkan semangat, dan minat belajar siswa, sehingga siswa mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.
(c) Pekerjaan rumah
Pekerjaan rumah yang terlalu banyak dibebankan oleh guru kepada murid untuk dikerjakan di rumah. Merupakan penghambat dalam kegiatan belajar, karena membuat siswa cepat bosan adalah belajar siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengerjakan kegiatan yang lain. Untuk menghindari kebosanan tersebut guru janganlah terlalu banyak memberi tugas rumah (PR), berilah kesempatan siswa unuk melakukan kegiatan yang lain, agar siswa tidak merasa bosan dan lelah dengan belajar.
d. Faktor masyarakat
Masyarakat juga berpengaruh terhadap minat belajar siswa, berikut ini penulis membahas beberapa faktor masyarakat yang bisa mempengaruhi minat belajar siswa, yakni :
1) Kegiatan dalam masyarakat.
Disamping belajar, anak juga mempunyai kegiatan-kegiatan lain diluar sekolah, misalnya karang taruna, menari, olah raga dan lain sebagainya. Bila kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan berlebih-lebihan, bisa menurunkan semangat belajar siswa, karena anak sudah terlanjur senang dalam organisasi atau kegiatan dimasyarakat, dan perlu diingatkan tidak semua kegiatan dimasyarakat berdampak baik bagi anak. Maka dari itu, orang tua perlu memperhatikan kegiatan anak-anaknya, supaya jangan atau tidak hanyut dalam kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang belajar anak. Jadi orang tua hendaknya membatasi kegiatan siswa dalam masyarakat agar tidak mengganggu belajarnya, dan orang tua juga mengikut sertakan siswa pada kegiatan yang mendukung semangat
belajarnya seperti kursus bahasa Inggris, dan komputer.
2) Teman bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwa anak jika teman bergaulnya baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya. Jika teman bergaulnya jelek pasti mempengaruhi sifat yang jelek pada diri siswa. Seyogyanya orang tua memperhatikan pergaulan anak-anaknya, jangan sampai anaknya berteman dengan anak yang memiliki tingkah laku yang tidak diharapkan, usahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik yang bisa memberikan semangat belajar yang baik. Tugas orang tua hanya mengontrol dari belakang jangan terlalu dan jangan terlalu dibebaskan yang bijaksana saja, agar siswa tidak terganggu dan terhambat belajarnya. Masih banyak pengaruh pengaruh eksternal minat belajar siswa lingkungan sekitar juga bisa mempengaruhi, untuk itu usahakan lingkungan disekitar kita itu baik, agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap siswa/anak, sehingga anak terdorong atau bersemangat belajar.
5. Aspe-Aspek Yang Meningkatkan Dan Menumbuhkan Minat Belajar
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, memuaskan dan melayani kebutuhan kebutuhannya, begitu juga dengan siswa, jika siswa sudah sadar bahwa belajar merupakan alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggap penting, maka belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya dan otomotis dia bersemangat dalam mempelajari hal tersebut.
Pada kenyataannya tidak semua siswa sadar akan hal itu, dan tidak semua siswa memiliki minat intrinsic yang sama, dengan ketidaksamaan minat tersebut guru hendaknya mengetahui seberapa besar minat siswa tersebut terhadap pelajaran. Jika siswa kurang berminat dan menumbuhkan minat belajar siswa, dan tidak menutup kemungkinan faktor-faktor lain yang mendukung minat belajar siswa. Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada, misalkan siswa menaruh minat terhadap lingkungan (pencemaran) disini pengajar dapat menarik perhatian (minat) siswa dengan bercerita tentang lingkungan sekitar atau bencana alam yang melanda negeri kita, dan bisa juga memperlihatkan tayangan televisi yang berhubungan dengan lingkungan (pencemaran). Tanner an tanner (1975) juga menyarankan agar para pengajar berusaha membentuk minat-minat baru pada siswa. Hal ini bisa dicapai melalui jalan memberi informasi pada siswa bahan pelajaran yang akan disampaikan dengan dihubungkan bahan pelajaran yang lalu, kemudian diuraikan kegunaannya dimasa yang akan dating. Roijakters (1980) berpendapat bahwa hal ini bisa dicapai dengan cara menghubungkan bahan pelajaran dengan berita-berita yang sensional, yang sudah diketahui siswa. Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil, bisa menggunakan cara insentif, yaitu alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar mau melakukan sesuatu yang awalnya tidak mau ia lakukan seperti memberi hadiah pada siswa yang belajar dengan baik, member hukuman pada siswa yang malas belajar, sehingga hasilnya (prestasinya) buruk, dalam memberikan hukuman jangan terlalu berlebihan (berat), karena bisa menghambat belajar mereka, berilah hukuman yang sewajarnya dan bisa memberi motivasi si anak untuk giat belajar, siswa adalah :
a.Membangkitkan minat-minat siswa yang telah ada
b.Menghubungkan dengan pengalaman (pelajaran) yang lalu
c.Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik atau lebih baik dari yang kemarin
d.Menggunakan berbagai macam variasi gaya mengajar
e.Menggunakan berbagai bentuk mengajar baik itu metode penyampaian materi maupun keterampilan-keterampilan yang lain sehingga siswa bersemangat dan berminat untuk mempelajarinya. Menurut Mahfudz Shalahuddin dalam bukunya pengantar psikologi pendidikan, ada empat aspek yang bisa menumbuhkan minat yaitu :
a.Fungsi/Adanya kebutuhan-kebutuhan Minat dapat muncul atau digerakkan, jika ada kebutuhan seperti minat terhadap ekonomi, minat ini dapat muncul karena ada kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan bisa dikelompokkan menjadi empat, ini menurut Sardiman AM, kebutuhan tersebut adalah :
1)Kebutuhan psikologis, seperti lapar, haus
2)Kebutuhan cinta dan kasih dalam suatu golongan, seperti disekolah, di rumah
3)Kebutuhan keamanan, seperti rasa aman
4)Kebutuhan untuk mewujudkan cita-cita atau pengembangan bakat
b.Keinginan dan cita-cita
Keinginan dan cita-cita dapat mendorong munculnya minat terhadap sesuatu, seperti keinginan atau cita-cita menjadi dokter. Secara otomatis orang tersebut terdorong dan berminat untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan ilmu kedokteran (kesehatan, penyakit-penyakit). Semakin besar cita-cita atau keinginan, maka semakin besar/tinggi minat yang muncul dalam diri seseorang.
c.Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan terdiri dari dua lingkup, yakni lingkup mikro (individual) dan lingkup makro (sosial,adat istiadat) kebudayaan dapat memunculkan minat-minat tertentu seperti tari-tarian, tari remo dari jawa timur, jaipong dari jawa barat, semua itu akan menarik orang untuk memperhatikan dan mempelajari kebudayaan jawa barat dan jawa timur. Begitu juga belajar, minat belajar siswa dapat timbul karena adanya kebiasaan belajar.
d.Pengalaman
Pengalaman merupakan permulaan dari kebudayaan seperti pengalaman seorang guru dapat menimbulkan/menumbuhkan minat guru untuk menekuni bidang-bidang keguruan, dengan adanya pengalaman tersebut minat seseorang bisa tergerak (bertambah), missal ada seseorang siswa, tahun lalu menduduki prestasi rendah, maka siswa tersebut berpikiran jangan sampai itu terulang kembali, sehingga ia lebih meningkatkan belajarnya dari tercapainya prestasi yang lebih baik dari yang kemarin (tahun lalu). Oleh karena itu agar proses belajar mengajar yang diselenggarakan mencapai sasaran yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan efektif serta berhasil, maka dalam proses belajar mengajar tersebut perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
A. Merumuskan Tujuan Intruksional
Tujuan intruksional adalah maksud yang dikomunikasikan melalu pernyataan yang menggambarkan perubahan tingkah laku yang diharapkan pada diri peserta didik setelah ia menyelesaikan pengalaman belajar tertentu.
Menurut Bloom, rumusan sebuah tujuan tingkah laku harus mengandung isi rumusan yang menggambarkan perubahan yang terjadi pada diri seseorang setelah proses belajar mengajar berlangsung secara utuh dengan hasil berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Mager (1962) mengemukakan bahwa criteria rumusannya adalahsebagai berikut:
1. Rumusan harus menggambarkan sebuah pernyataan tingkah laku yang spesifik yang ditunjukan oleh penggunaan kata-kata kerja operasional.
2. Rumuatausan harus menggambarkan kondisi atau persyaratan yang memadai.
3. Rumusan harus menggambarkan degree atau standar tingkah laku minimal dapat dicapai oleh peserta didik.
Magger selanjutnya menegaskan bahwa dalam merumuskan tujuan intruksional khusus hendaknya dihindari :
1. Pernyataan tingkah laku yang bersifat umum
2. Pernyataan yang menggambarkan metode mengajar
3. Pernyataan yang bersifat basa-basi
4. Pernyataan yang kabur atau pembicaraan yang keluar dari tujuan semula.
Merrill memberikan lima kriteria dalam merumuskan tujuan intruksional khusus. Yaitu :
1. Tujuan harus dirumuskan secara objektif dan mudah diukur.
2. Rumusan sebuah tujuan tidak menunjukan struktur kalimat metode mengajar.
3. Tujuan tidak terikat oleh isi pelajaran yang akan diberikan.
4. Tujuan harus menekankan keterampilan dan proses mengajar.
B. Menggunakan berbagai Metode dalam Proses Belajar Mengajar.
C. Memilih dan menyusun Prosedur Belajar Mengajar yang tepat.
D. Memahami perbedaan individu peserta didik dalam Proses Belajar Mengajar
Hasil dari kegiatan belajar mengajar tercermin dalam perubahan perilaku, baik secara material-substansial, structural-fungsional, maupun secara behavior. Empat masalah pokok yang sangat penting yang harus dijadikan pedoman buat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku bagaimana yang diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan itu. Artinya sasaran yang dituju dari kegiatan belajar mengajar itu harus jelas dan terarah. Oleh karena itu tujuan dari pengajaran harus jelas dan konkret, sehingga mudah dipahami oleh anak didik.
Kedua memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran pengajaran. Bagaimana cara guru memandang suatu persoalan, konsep perhatian dan teori apa yang digunakan dalam memecahkan masalah atau suatu kasus, karena akan memperngaruhi dari hasil kegiatan belajar mengajar.
Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian materi pelajaran yang dianggap dapat memotivasi peserta didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah atau suatu persoalan yang dihadapinya, mampu berfikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri.
Keempat, menerapkan norma-norma atau criteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang dilakukannya.
(Tabrani Rusyan dkk, 1992:81 ).berpendapat berbagai masalah sehubungan dengan strategi belajar mengajar yang secara keseluruhan diklasifikasikan seperti berikut :1. Konsep dasar strategi belajar mengajar.
2. Sasaran kegiatan belajar, 3. Belajar mengajar sebagai suatu sistem. 4. Haklkikat proses belajar. 5. Entering behavior. 6. Pola belajar siswa, 7. Memilih sistem belajar mengajar, 8. Pengorganisasian kelompok belajar, 9. Pengelolaan atau implementasi proses belajar mengajar.
1. Konsep dasar strategi belajar mengajar.
Konsep dasar belajar mengajar meliputi hal-hal : a. menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku, b. menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, c. memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar, dan d. menerapkan norma dan criteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
2. Sasaran Kegiatan Belajar Mengajar.
Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan yang sesuai dengan jenjangnya, mulai dari yang sangat operasional dan konkret, yakni Tujuan Intruksional Khusus dan Tujuan intruksional Umum, Tujuan kurikuler, Tujuan Nasional sampai kepada tujuan yang bersifat universal. Pada tingkat sasaran atau tujuan universal , manusia yang diidamkan tersebut harus memiliki kualifikasi : a) pengembangan bakat secara optimal, b) hubungan antar manusia; c) efisiensi ekonomi, dan d) tanggungjawab selaku warga Negara. Jadi jelaslah lingkungan belajar itu, memiliki peranan yang sangat erat dengan kegiatan belajar mengajar dan dapat dijadikan sarana motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu adanya perubahan tingkah laku manusia dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak dapat menjadi dapat, dari tidak tahu menjadi tahu. Dengan kata lain adanya perubahan dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik dengan memanfaatkan alam dan dibarengi dengan berbagai macam strategi didalam mentransposmasikan materi pelajaran kepada siswa. Sehingga tercipta proses pembelajaran yang menyenangkan. Dengan suasana belajar yang menyenangkan tujuan proses belajar mengajar akan tercapai dengan baik.











BAB III
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi secara singkat mengenali Keadaan Lokasi SDN Panyingkiran IVKecamatan Rawamerta
1. Gambaran Umum Obyek Penelitian.
Berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah SDN Panyingkiran IV Kecamatan Rawamerta,yaitu Bpk. S.Sujana, SDN Panyingkiran IV merupakan salah satu Institusi pendidikan yang bermula pada keinginan Dinas Pendidikan Kabupaten Karawang Propinsi Jawabarat pada tahun 1980 , yang ingin menambah jumlah sekolah baru di wilayah kecamatan Rawamerta, wilayah itu salah satunya adalah Dusun Kamurang jati Desa Panyingkiran Kecamatan Rawamerta. Hal ini langsung dilimpahkan kepada kecamatan. Kemudian orang kecamatan mencari lahan yang berada di wilayah Kecamatan Rawamerta, akhirnya orang kecamatan menerima lahan yaitu tanah pembebasan wakaf di Dusun Kamurang jati Desa Panyingkiran, yang dibeli dari salah seorang penduduk. Setelah itu, tanah itu dibangun 1 tahun SD Negeri Panyingkiran IV sampai dengan selesai, dan mulai beroprasi pada tahun 2000.
Pada awal tahun pelajaran mulai ditugaskan oleh kantor dinas kecamatan Rawamerta beberapa orang guru dan satu orang kepala sekolah yang pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah di SDN Panyingkiran IV antara lain sebagai berikut :
a. Soma, Mulai bulan seftember 2000-maret 2002
M.Somad Sujana, mulai bulan September 2002 - Maret 2004.
b. M.Masduki, Maret 2004 - Maret 2006.
c. Carmidi Azi, Maret 2005 - Februari 2006
d. Sumarna, mulai bulan Mare April 2000- Januari 2008.
d. S.Sujana, Februari 2008 - Desember 2009.
e. Suparna, S. Pd, Januari 2010 - Sekarang.
B. Deskripsi Data
1. Analisis Kualitatif
Visi, Misi Dan Tujuan SDN Panyingkiran IV
a. Visi SDN Panyingkiran IV Kecamatan Rawamerta.
“Beriman dan bertaqwa, berilmu untuk berprestasi dan berbudi pekerti luhur”.
Indikator visi :
1). Terwujudnya pengembangan kurikulum yang adaptif dan proaktif.
2). Terwujudnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Pak Suparna S.Pd Kepala Sekolah, Wawancara pribadi, Dusun Kamurangjati, Tanggal 27 Mei 2010, Siang, Jam 13.30 Wib.

3). Terwujudnya lulusan yang cerdas dan kompetitif.

4). Terwujudnya SDM pendidikan yang memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja yang tinggi.
5). Terwujudnya sarana dan prasarana pendidikan yang relevan dan
mutakhir.
6). Terwujudnya pengembangan penilaian.
7). Terwujudnya penggalangan biaya pendidikan yang memadai.
8). Terwujudnya manajemen-manajemen sekolah yang tangguh.
b. Misi SDN Panyingkiran IV Kecamatan Rawamerta.
1). Menyelenggarakan berbagai kegiatan secara efektif untuk mewujudkan peningkatan dan pengembangan isi (Kurikulum).
2). Melaksanakan berbagai kegiatan Akademik dan non Akademik untuk memecahkan dinamika dan kualitas proses pembelajaran, pelatihan dan bimbingan.
3. Melakukan berbagai kegiatan pencapaian ketuntasan kompetensi kelulusan baik pengetahuan ketrampilan, sikap dan prilaku.
4). Pengupayaan berbagai kegiatan untuk menunjang dalam peningkatan profesionalisme guru, karyawan dan tenaga pendidikan lainnya.
5). Mengoptimalkan berbagai kegiatan upaya pengadaan, pemanfaatan, dan pemeliharaan fasilitas pendidikan.
6). Memaksimalkan pelaksanaan penilaian secara menyeluruh dan berkesinambungan untuk nendapatkan hasil yang sebenarnya.
7). Meningkatkan dan mengembangkan pembiayaan untuk mendukung pelaksanaan pendidikan atau sekolah secara menyeluruh.
8). Memantapkan pelaksanaan manajamen berbasis sekolah (MBS) melalui berbagai kegiatan pembinaan dan pelatihan.
c. Tujuan sekolah.
Dalam rangka 5 (lima) tahun pembinaan, yang dihararpkan :
1. Meningkatkan / mengembangkan kurikulum
2. Mengembangkan silabus untuk semua mata pelajaran pada semua tingkat (kelas).
3. Mengembangkan rencana pembelajaran untuk semua mata pelajaran pada semua tingkat.
4. Mengembangkan sekolah mencakup standar isi.
2. Analisis Perbandingan atau Komparatif.
a. Meningkatkan/mengembangkan proses :
1). Meningkatkan bahan dan sumber pembelajaran.
2). Mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan..
3). Mengembangkan pembinaan dan pelatihan bidang Akademik dan non Akademik.
4). Mengembangkan pemantapan materi Ujian Nasional.
5). Mengembangkan kegiatan dalam rangka pencapaian standar proses pembelajaran.
b. Meningkatkan/mengembangkan kualitas lulusan :
1). Memiliki tim (siswa) Akademis yang mantap.
2). Memiliki tim (siswa) olah raga yang kuat.
3). Memiliki tim (siswa) seni yang berprestasi.
4). Memiliki tim (siswa) pramuka yang handal.
5) Memiliki tim (siswa) lainnya yang menyakinkan dan yang membanggakan lulusan yang standar kompetensi yang mantap.
C. Tujuan 4 : Meningkatkan/mengembangkan tugas pendidikan :
1). Mengadakan pelatihan bahasa Inggris bagi semua guru dan karyawan.
2). Mengadakan pelatihan komputer dan multi media semua guru dan karyawan.
3). Mengadakan workshop, Seminar dan lokakarya pendidikan.
4). Mengadakan studi banding ke SD lain dan Lembaga terkait.
5). Mendukung guru dan karyawan melanjutkan studi.
6). Mendukung guru dan karyawan mengikuti Penataran, Diklat,
Workshop kedinasan.
7). Memiliki standar guru dan karyawan yang mengaju pada Pendidikan Sekolah Dasar.
d. Meningkatkan/mengembangkan, sarana dan prasarana :
1). Mencapai pengadaan, pemanfaatan, pemeliharaan fasilitas sekolah memenuhi SDM
2). Mencapai standar pengelolahan fasilitas pendidikan secara mantap.
e. Meningkatkan/mengembangkan penilaian :
1). Mengembangkan pedoman penilaian
2). Mengembangkan perangkat soal ulangan harian, ulangan blok dan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UAS BN)
3). Mengembangkan Instrumen perbaikan (remidial) dan pengayaan.
4). Mengembangkan lomba-lomba, uji coba sebagai upoaya peningkatan standar nilai.
5). Mengembangkan berbagai kegiatan untuk mencapai standar penilaian secara mantap.
f. Meningkatkan/mengembangkan pembiayaan pendidikan :
1). Mengadakan penggalangan dana dari berbagai sumber
2). Mengadakan penciptaan usaha-usaha yang produktif.
3). Mengadakan optimisme pendaya gunaan potensi fasilitas sekolah.
4). Mengadakan jaringan kerja dengan stake-holder yang peduli terhadap pendidikan.
5). Mengadakan peningkatan standar pembiayaan yang mantap.
g. Meningkatkan/mengembangkan manajemen dan kelembagaan.
1). Sekolah memiliki adminitrasi yang baik.
2). Sekolah melaksanakan MBS secara mantab.
3). Sekolah melaksanakan monitoring dan evaluasi secara periodik.
4). Sekolah memiliki job discroption yang jelas.
5). Sekolah memiliki aturan tentang rekrutmen jabatan-jabatan di sekolah.
6). Sekolah memiliki ketentuan-ketentuan reward dan punishment terhadap guru, karyawan dan siswa.
7). Sekolah memiliki komite sekolah yang mantap dan handal.
8). Sekolah memiliki tim Litbag yang mantap dan handal.
9). Sekolah telah mampu meningkatkan mutu kelembagaan dan manajemen secara mantap.
2. Analisis Komparatif atau Perbandingan
Kondisi Umum Obyek Penelitian.
1. Keadaan Guru Dan Karyawan.
a. Keadaan guru.
Guru merupakan penentu terhadap keberhasilan suatu kegiatan belajar mengajar, harus menjadi perhatian bagi sebuah Institusi pendidikan, guru akan menunaikan tugasnya dengan baik atau dapat bertindak sebagai tenaga pengajar yang efektif, jika padanya terdapat berbagai kompetensi keguruan dan melaksanakan fungsinya sebagai guru Untuk mengetahui keadaan guru di SDN Panyingkiran IV Kecamatan Rawamerta, dapat dilihat tabel :






Tabel 1
Rekapitulasi Data Guru SDN Panyingkiran IV
Tahun Pelajaran 2007-2008

No Nama Mengajar Pendidikan Jabatan
1 SUPARNA.S.Pd Kep Sek S.1 Pembina
2 S.SUJANA.A.Ma Pd Kelas I-VI D.II Pembina
3 ENAY MARDIAH A.Ma Pd I D.II Pembina
4 M.MAKMUR SUBUR.A.Ma Pd V D.II Pembina
5 UCIN SURYANA A.Ma Pd IV D.II Pembina
6 N.IIM MUNAYAH A.Ma Pd II D.II Guru muda TK.I
7 JUNAEDI III SPG Guru Pratama
8 SODIKIN A.Ma Pd VI D.II Guru muda
9 AHMAD ZAINI A.Ma PAI I-VI D.II Guru Pratama TK.I
10 ANI MARLIANI A.Ma Pd B.Inggris I-VI D.II Sukwan

b. Keadaan karyawan.
Karyawan dalam lingkungan Sekolah dapat dikelompokkan sesuai dengan tugas dan jenisnya terdiri dari :
1). Tata usaha.
Tata Usaha bertugas mempersiapkan program kerja Ketatausahaan sekolah meliputi :
a). Penyiapan program kerja ketatausahaan sekolah.
b). Kepegawaian.
c). Prasarana sekolah.
d). Keuangan.
2). Pesuruh sekolah.
a). Menyiapkan sekolah dalam keadaan bersih, indah dan siap pakai sebelum sekolah dimulai sehingga dapat menimbulkan gairah belajar.
b). Seusai sekolah pesuruh berkewajiban membenahi sekolah dalam keadaan aman dan bersih.
c). Membantu kelancaran administrasi Sekolah, yaitu, mengantar surat-surat Dinas ke Instansi-Instansi yang relavan atau Kantor Pos baik Pemerintah maupun Swasta.
d). Membantu Kepala Sekolah maupun guru dalam pelaksanaan 6 K.
e). Menjaga kelestarian dan pengamanan lingkungan Sekolah.
f). Bertanggung jawab atas pengawasan pendayagunaan listrik dan air.
2. Keadaan Siswa.
a. Keadaan siswa Tahun Pelajaran 2009-2010.
Tabel 2.
Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2009-2010
No Kelas Jumlah Siswa Jumlah
L P
1 I 14 11 25
2 II 10 10 20
3 III 12 11 23
4 IV 12 12 24
5 V 9 13 22
6 VI 11 7 18
JUMLAH 68 64 132


b. Perkembangan jumlah siswa 5 tahun terakhir.
Keadaan Siswa 5 Tahun Terakhir
NO KELAS JUMLAH SISWA Keterangan
2005-2006
2006-2007
2007-2008 2008-2009 2009-2010
1 I 20 1 20 28 26
2 II 18 2 25 20 19
3 III 30 3 20 25 23
4 IV 32 4 18 20 23
5 V 20 32 30 18 22
6 VI 25 20 32 30 18
JUMLAH 145 145 145 141 131

3. Struktur Organisasi.
Untuk lebih meningkatkan mutu dari kegiatan pembelajaran yang ada di SDN Panyingkiran IV Kecamatan Rawamerta, penempatan para guru yang profesional dibidang masing-masing dan supaya kegiatan belajar mengajar efektif dan efisien, maka dibuatlah suatu struktur organisassi sebagai berikut






Struktur Organisasi
SDN Panyingkiran IV Kecamatan Rawamerta
Tahun Ajaran 2009-2010.































Keterangan :
: Garis Komando.
.... : Garis Koordinasi.
4. Keadaan Sarana Dan Prasarana SD Negeri Panyingkiran IV Kecamatan Rawamerta
Adapun keadaan sarana dan prasarana sebagai penunjang dan pelaksana kegiatan belajar di SD Negeri Panyingkiran IV Kecamatan Rawamerta, dapat dilihat sebagai berikut :
Keadaan Sarana Dan Prasarana
SD Negeri Panyingkiran IV Kecamatan Rawamerta.

No Jenis Sarana Ukuran Luas Jumlah Kondisi
Baik Cukup
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Ruang Kepala Sekolah dan Guru 6x7 1  -
2 Ruang kelas 7x5 6  -
3 Kamar mandi guru 2x2 1  -
4 Kamar mandi siswa 2x2 1  -
5 Gudang 2x2 1  -

Sumber data dokumentasi SD Negeri Panyingkiran IV Kecamatan Rawamerta, Secara umum bisa dikatakan bahwa sarana dan prasaran di SD Negeri Panyingkiran IV Kecamatan Rawamerta, belum cukup memadai terutama sarana dan prasarana untuk pembelajaran. Misalnya sarana ibadah, media pembelajaran (alat peraga), dan buku-buku paket.
5. Penerapan Strategi Belajar Mengajar di SD Negeri Panyingkiran IV Kecamatan Rawamerta.
Bardasarkan pengalaman penulis mengajar, Selaku guru PAI di SD Negeri Panyingkiran IV Kecamatan Rawamerta, bahwasanya setiap mengajar materi pelajaran pendidikan agama Islam selalu menggunakan teknik-teknik dan metode yang pernah penulis terima dan penulis pelajari dibangku kuliah. Misalnya penerapan metode ceramah,tanya jawab, demonstrasi, hafalan (Quantum), dan bahkan siswa seringkali siswa langsung diajak keluar kelas menuju lingkungan alam terbuka. Adapun maksud dan tujuannya adalah supaya anak tidak jenuh dan mengenal secara langsung lingkungan disekitar mereka ( Tadabur Alam). Disini Penulis membimbing dan mengarahkan sekaligus menjelaskan kepada mereka tentang kebesaran Allah SWT. Misalnya siapa yang membuat alam sekitar, termasuk semua makhluk yang ada disekitarnya. Penulis memang sengaja menggunakan beberapa metode diatas, karena dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan satu strategi dan satu metode saja tidak dapat meningkatkan prestasi belajar yang ada yaitu nilai-nilai yang ada pada materi pendidikan Agama Islam. Tetapi setelah menggunakan beberapa metode hasilnya cukup memuaskan serta menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan dapat memaksimalkan waktu belajar dengan baik. Itu disebabkan oleh minat dan kepribadian mereka yang berbeda-beda.
Pada saat proses belajar mengajar dimulai, disini seorang guru harus kreatif apabila dirasa para peserta didik kesulitan untuk menghafal pada pelajaran Pendididkan Agama Islam pada materi Sifat wajib bagi Allah yaitu sifat wujud, biasanya di SDN Panyingkiran IV Kecamatan Rawamerta menggunakan sistem tadabur alam untuk memudahkan para peserta didik mengikuti mata pelajaran tersut dengan menyenangkan.
2) Menyanyi
Pada teknik menyanyi disini, kembali kepada seorang guru yang untuk selalu bersifat kreatif. Seorang guru harus mengerti materi apa yang tepat dijadikan lagu atau irama agar para siswa muda untuk muda untuk menyerap pelajaran yang telah disampikan, biasanya teknik menyanyi ini digunakan di SDN Panyingkiran IV Kecamatan Rawamerta untuk pelajaran Pendididkan Agama Islam dimateri sifat wajib bagi Allah dan nama-nama Malaikat yang kesemuanya itu lebih cepat menghafal jika dilagukan.

3) Gerakan
Menghafal sambil melakukan gerakan sangat membantu mengaktifkan memori, otak kita memiliki satu pusat kecerdasan yang disebut bodily - kinestethyc intelligence - kecerdasan gerak. Gerakan dapat membuat otot-otot lebih rileks, santai dan juga membangkitkan semangat, mengusir kemalasan dan kejenuhan. IR. Agus Nggermanto. Teknik gerakan ini sangat membantu untuk menghafal suatu ungkapan yang harus sama persis, tepat tanpa ada kesalahan kata demi kata, umumnya sangat bermanfaat untuk menghafal ungkapan-ungkapan dalam bahasa asing, misalnya : mengajarkan anak ketika mengerjakan sholat.
b. Teknik berpikir kreatif.
Dalam berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat diantaranya :
- Kreatifitas melibatkan respon atau gagasan yang baru.
- Memecahkan persoalan secara realistic.
- Kreatifitas merupakan usaha untuk mempertahankan in-sight yang orisinal, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin. Ketika berpikir kreatif, jenis berpikir evaluatif adalah sangat membantu dalam kreativitas karena menyebabkan kita menilai gagasan-gagasan secara kritis.

c. Teknik membaca cepat.
Membaca memiliki beranega ragam arti, antara lain adalah : menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu dan sebagainya. Menurut Quarish Shihab dalam Tafsirnya (Pustaka Hidayah 1997), membaca itu mencakup telaah alam raya, masyarakat dan diri sendiri, serta bacaan tertulis, baik suci maupun tidak. Sedangkan menurut Tony Buzan membaca adalah hubungan timbal balik individu secara total dengan informasi simbolik. Membaca biasanya merupakan aspek visual belajar, dan berisi tujuh langkah berikut : pengenalan, asimilasi, intra-integrasi, ekstraintegrasi, penyimpanan, mengingat dan komunikasi.
Salah satu cara mempercepat membaca dengan pertama melompat belakang dan regresi dapat dihilangkan, dengan hanya mempertimbangkan kata-kata yang perlu, kata-kata yang perlu dipertimbangkan kira-kira 10 persen, sisanya dapat diperkirakan dengan cerdas, kedua, waktu untuk setiap fiksasi dapat mendekati detik, ketiga, ukuran fiksasi dapat diperluas.
d. Teknik berhitung cepat.
Dalam teknik berhitung cepat terdapat beberapa cara diantaranya Alkhawarizmi, Trachtenberg, Onde-onde melenium, sempoa dan sapu tangan yang semuanya ini adalah cara menghitung cepat yang sangat membantu dalam berhitung cepat.

















BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan.
Dari uraian dan pembahasan dalam skripsi yang berjudul “ Peranan Lingkungan Belajar Dalam Menumbuhkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI di SD Negeri panyingkiran IV Kecamatan Rawamerta”. Maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Peranan Lingkungan Belajar Dalam Menumbuhkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI tergolong baik, hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata meannya 80.00
2. Adapun mengenai Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI di SD Negeri panyingkiran IV Kecamatan Rawamerta khususnya pada kelas 4, tergolong tinggi, hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata 7,8 yang diambil dari nilai raport yang imodifikasikan dengan nilai tugas, hafalan serta ulangan harian serta nilai semester yang dikonsultasi.
3. Ternyata Peranan lingkungan dalam menumbuhkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Panyingkiran IV besar pengaruhnya. Hal ini terbukti dengan hasil analisa data pada saat lingkungan belum memadai untuk digunakan kegiatan belajar atau dalam keadaan kotor, tata ruangan masih semberawut, pentilasi udara terlalu terbuka lebar, ditambah lagi dengan penataan ruangan yang kurang menarik. Sehingga mengakibatkan siswa cepat jenuh dalam belajar dan pada saat ulangan harian dilaksanakan, terbukti siswa masih mendapat nilai kurang. Dan itu tidak sesuai dengan harapan. Oleh karena itu penulis berusaha mencari solusi lain dengan cara menciptakan suasana belajar yang menarik yang dimulai dari penataan lingkungan belajar. Dan hasilnya Alhamdulillah terciptalah suasana belajar mengajar yang kondusif, tertib, nyaman dan interaktif. Hingga akhirnya pada saat penulis memberikan tes, ternyata nilai yang didapat oleh siswa pun cukup memuaskan. Dan itu terbukti pada nilai raport siswa. Salah satunya Nilai Raport siswa kelas IV.
B. Saran.
1. Dengan hasil yang sangat baik, seyogyanya para guru SDN Panyingkiran IV Kecamatan Rawamerta khususnya bidang study PAI tetap memperhatikan dan menggunakan media lingkungan dalam proses kegiatan belajar mengajar, karena media lingkungan ini dapat mempengaruhi pola belajar siswa. Jika lingkungan belajarnya tidak nyaman, maka suasana belajar tidak akan berjalan dengan baik. Sehingga tujuan belajar tidak akan dicapai secara maksimal. (hasil yang memuaskan)
2. Mengenai minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI yang diperoleh dari lingkungan belajar yang kondusif, nyaman, menarik, dalam porses belajar mengajar dapat menghasilkan hasil pembelajaran yang baik, yang memuaskan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Hal ini dapat dijadikan motivasi atau dorongan bagi guru lainnya yang jarang dan bahkan belum memahami tentang suasana lingkungan pembelajaran yang menyenangkan, yang bersih, yang rapih dan menarik bagi para siswanya, dan kerasan atau merasa nyaman untuk dijadikan untuk belajar.











DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu, ct, al, 1991, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta).
Ahmadi Abu, Widodo Supriyono, 1991, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta).
Arifin M, 1993, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara).
Arifin Zainal, 1991, Evaluasi Instruksioanl Prinsip -Teknik-Prosedur, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya).
Arikunto Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakhtek, (Jakarta:
Rineka Cipta).
Darojat Zakiyah, 1992, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara).
Depdiknas, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka).
Departemen Agama RI, 1989, al-Qur'an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha
Putra).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995, Petunjuk Tehnik Mata Kuliah PAI,
(Jakarta: TP).
Djamarah Saiful Bahri, 1994, Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru, (Surabaya:
Usaha Nasional).
Gpttman John, 1998, Kecerdasan Emosional : Kiat-Kiat Membesarkan Anak Yang
Memiliki Kecerdasan Emosional, (Jakarta: Gramedia).
Goleman Daniel, 2000, Kecerdasan Emosional, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama).
Hasan Fuad, 1991, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta).
Higbee Kenneth L, 2003, Your Memory, (Semarang: Dahara Prize).
Ihsani Hamdani dan Fuad Hasan, 2001, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung:
Pustaka Setia).
127
Imron Ali, 1996, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Pustaka Jaya).
Maja Hidayat Nafaat, 2001, Intelegensi Spritual, (Parenial Press).
Markowith Karen, Eric Jensen, 2002, Otak Sejuta Bigabyte, (Bandung: Kaita).
Merdalis, 1989, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi
Aksara).
Muchlis M, 1993, Metode Kuantitatif, (Jakarta: Fak. Ekonomi UI).
Munandar Utami S.C, 2002, Pengembangan Anak Kreatif Anak Berbakat, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama).
Nggermanto Agus IR, 2005, Quantum Quatient (QQ) Kecerdasan Quantum,
(Bandung: Nuansa).
Nicholl Colin Rose Malcolm S, 2003, Accelered Learning, (Bandung: Penerbit
Nuansa).
Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: DN, Balai Pustaka
1987).
Purwanto Ngalim, 1990, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya).
Poerwadarminto Wjs, 1976, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka).
Rose Colin, 2002, Kuasai Lebih Cepat, (Bandung: Kaifa).
Shihab Quraish, 1997, Tafsir al-Qur'an al-Karim, (Pustaka Hidayah).
Stine Jean Marie, 1997, Mengoptimalkan Daya Pikir, (Jakarta: Pustaka Delapratasa).
Sudjana Nana, 1990, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya).
Syah Muhibbin, 2004, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada).
Syah Muhibbin dkk, 1996, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media Karya
Anak Bangsa).
128
Sudjana Nana, 1993, Pengantar Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara).
Tirtonegoro Sutratina, 1984, Anak Supernormal dan Program Pendidikan, (Jakarta:
Bumi Aksara).
Usman Uzer Moh, Lilis Setiawati, 1995, Upaya optimalisasi Belajar Mengajar,
(Bandung: Remaja Rosdakarya).
Winkel, 1987, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gramedia).
Winkel WS, S.J. M, 1991, Psikologi Pengajaran, (Jogiakarta: Media Abadi).







ANGKET PRIBADI SISWA
PENGANTAR
Salah satu tujuan Ananda memasuki sekolah ialah untuk memperoleh hasil yang baikm dalam belajar dan agar dapat mencapai cita-cita. Sekolah akan sangat gembira jika Ananda berhasil dalam belajar dan dapat mencapai cita-cita.
Untuk memberikan bantuan agar ananda berhasil disekolah, diperlukan berbagai keterangan. Oleh karena itu, Ananda diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dan jawablah dengan jujur dan benar, kemudian serahkan kembali kepada guru kelasmu.
Rawamerta, 26 Mei 2010
Guru Pendidikan Agama Islam



AHMAD ZAINI

1. Nama lengkap : ……………………….
2. Nama panggilan : ………………………..
3. Kelas : ……………………….
4. Agama : ……………………….
5. Tempat,Tgl lahir : ………………………..
6. Kewarga Negaraan : a. WNI b. WNA c. Keturunan
7. Alamat sekarang : …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
8. Diterima disekolah ini :Tahun ………………..
Dikelas ………………
Sebagai murid baru : ……………….
Pindahan dari ………………………
9. Pernah memasuki TK : a. Pernah di …………. Tahun …………..
b. tidak pernah
Petunjuk Pengisian.
A. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang anda anggap benar sesuai dengan pengalaman anda.
B. Setelah selesai dikumpulkan kembali.
1. Perlukah lingkungan belajar kita dibersihkan?
a. Perlu b. tidak perlu c. Sangat perlu.
2. Dengan lingkungan belajar yang bersih, apa yang kamu rasakan?
a. Nyaman. b. Gerah c. membosankan.
3. Kalau lingkungan belajar kita kotor, gaduh suara kendaraan, bagaiman kegiatan belajar kita?
a. nyaman b. tidak karuan c. ngantuk
4. Sebaliknya kalau suasana kita terlalu dingin, ditambah lagi dengan penyampaian materi palajaran yang terlalu monoton, apa yang kalian rasakan?
a. membosankan dan ngantuk. b. menyenangkan c. malas
5. Apakah anda merasa senang dengan strategi suasana belajar yang nyaman?
a. Ya. b. kurang suka c. Tidak suka